Yuhuuu, mamak-mamaaak, setuju ga kalau perempuan eh istri maksudnya, sering banget dijadikan Mentri keuangan atau manajer keuangan rumah tangga?
Sadar ga sadar, sesaat kita dinobatkan jadi istri dan suami menyerahkan pengelolaan keuangannya, jabatan Mentri keuangan langsung tersemat. Padahal ya ga pernah sekolah keuangan dan ekonomi sebelumnya.
Walau ya ga semua perempuan yang berstatus istri diserahkan urusan ginian sih. Ada juga istri yang ga mau repot dan memilih terima uang belanja bersih aja, sisanya diurus suami. Oom saya termasuk yang seperti itu, istrinya cuma diserahkan uang belanja, sisanya dia yang pegang. Kebetulan si suami memang teliti dan detail masalah keuangan, jadi daripada pusing dibawelin suami, si istri memilih terima beres 🤣.
Suami saya sebaliknya, dia tipe yang ga mau repot dan pusing mikirin detail bayaran anak sekolah, bayar listrik, bayar internet, bayar PBB, beli pulsa, iuran ini itu, belanja, dan segala printilannya.
Mas suami lebih suka menyerahkan semua uangnya ke saya dan urusan bayar ini itu, belanja ini itu jadi urusan saya. Soalnya mas suami ini juga rada boros, ketika merasa pegang uang agak banyak, dia ga mikir tuh kalau anak sekolah masih punya kewajiban bayar ujian, bayar LKS, dsb. Kalau dia pengen jajan, ya jajan aja. Harus bolak balik diingetin kalau masih ada kewajiban ini itu buat anaknya 😂.
Nah, Selasa 26 November 2021 lalu, saya bersama emak-emak dari KEB (Kumpulan emak-emak Blogger) dapat pencerahan tentang mengelola keuangan yang baik dari mba Aliyah, seorang financial advisor.
Dari beberapa financial planner yang pernah memberikan pencerahan, menyebutkan pentingnya memiliki dana darurat. Ya itu tadi, buat jaga-jaga kalau ada kondisi yang memaksa kita mengeluarkan uang melebihi kondisi normal.
Mba Aliyah sih menyarankan, dari pendapatan pokok yang didapat, sebaiknya langsung dialokasikan untuk post-post penting, misalnya seperti ini:
Konsumsi bulanan 60%
Investasi 15%
Proteksi 10%
Self reward 10%
Donasi 5%
Pas bagian self reward ini saya mesem-mesem, ternyata ada juga alokasi buat self reward ya😁. Ya, sesekali boleh lah memanjakan diri kan? Memberi hadiah buat diri sendiri karena sudah bekerja keras, berusaha sangat keras. Boleh lah sesekali Meni pedi, perawatan ke salon, hang out bareng teman, dsb. Asal jangan keterusan, tetap batasi jumlah totalnya maksimal cuma 10% dari penghasilan.
Dari beberapa kali saya mengikuti kelas-kelas pengaturan keuangan, persen alokasinya memang berbeda-beda, ada yang menganggarkan konsumsi dibatasi cukup 40-50% saja, sisanya buat investasi, pajak, proteksi, amal, dsb.
Intinya, sekalian post konsumsi, kita tetap harus punya post buat proteksi. Kenapa?
Nah ini yang mau saya bahas. Proteksi yang dimaksud adalah upaya perlindungan terhadap penghasilan. Loh kog?
Iyes, gini-gini. Ketika kita memilih melakukan proteksi terhadap jiwa, maka kita sebenarnya sedang melakukan perlindungan terhadap hilangnya pendapatan ketika orang yang punya sumber penghasilan ini tiada.
Ketika kita melakukan proteksi terhadap kesehatan, sebenarnya kita sedang melakukan perlindungan dari pengeluaran kesehatan yang lebih besar.
Tahu sendiri dong, berobat itu tidak murah. Perawatan di RS itu tidak ada yang biayanya sederhana 😂, bahkan ada yang biayanya hampir seharga rumah RSS 😭.
Jadi, ketika kita memilih proteksi tersebut, maka kita sebenarnya sedang melakukan upaya pengamanan, atau perlindungan terhadap penghasilan. Benar apa benar?
Proteksi ini apakah asuransi? Yap, anda tidak salah!
Masih banyak orang yang merasa mengalokasikan duit buat asuransi itu tidak ada gunanya. Malah menurut pak Bondan, salah satu pembicara dari Prudential Insurance, baru 7,5% penduduk Indonesia yang melek dan mengikuti asuransi. Masih jauh dari harapan ya.
Banyak sebab sih yang menyebabkan orang, terutama masyarakat Indonesia yang enggean menganggarkan uangnya untuk membeli asuransi dan memproteksi pendapatannya.
Mungkin mereka mau memproteksi pendapatannya, tapi tak semua rela mengeluarkan atau sengaja menganggarkan post pengeluaran khusus buat membayar preminya.
Beberapa malah ada yang berpendapat bahwa asuransi itu Riba, untung-untungan, dsb sehingga harus dihindari.
Padahal, sejak beberapa tahun terakhir sudah banyak yang menawarkan asuransi syariah, salah satunya Prudential.
Dalam presentasinya, pak Bondan menyebutkan, yang membedakan asuransi syariah dengan asuransi konvensional adalah pada prinsip-prinsip syariahnya. Yaitu tidak ada unsur gharar (ketidakpastian), Maysir (untung-untungan/judi), dan riba. Prinsip syariah juga dananya merupakan dana gotong royong, tabarru.
Nah, memilih proteksi atau asuransi syariah, sebenarnya merupakan upaya perlindungan terhadap pendapatan. Karena ketika kita sudah sakit, akan jadi tidak berguna, ga fair dong buat yang sudah "patungan" sejak sehat.
Semakin dini dan semakin muda kita ikut patungan, akan semakin murah "iuran"nya. Sebaliknya, ketika resiko sakit makin besar, usia makin lanjut dan sakit-sakitan, ada dua kemungkinan, masih diterima atau bayar "iuran"nya lebih Gedhe *cmiiw. Tapi kalo kata pak Bondan sih "asuransi itu ikutnya ketika sehat, ketika ikut saat sakit, ya udah tertutup pintunya" 😂
Nah lho, siapa yang masih mikir-mikir mau ikut asuransi? Usia jalan terus loh, kesehatan pun berubah mengikuti usia. Makin tua, makin rentan sakit. Walau batas usia masuk asuransi bisa sampai 65 tahun, tapi jika ybs terdeteksi sakit berat, kemungkinan tidak akan diterima *cmiiw
Masih bingung? Pegangan 😂
Buat Moms harus pintar-pintar mengelola keuangan rumah tangga, nih, menyesuaikan pendapatan dan pengeluaran. Belum lagi mengatur biar keuangan cukup untuk sebulan, mantep.
BalasHapusAku dulu termasuk yang nunda2 buat ikut asuransi. Abis rasanya kayak uang ilang gitu ya, pas lagi sehat gini kayak nggak kerasa manfaat apa2. Tp abis kecelakaan bbrp tahun lalu baru sadar dan bersyukur banget punya asuransi, meski dari kantor. Jadi nggak keluar sepeser pun buat biaya rumah sakit.
BalasHapusMemang ditengah hidup yang sangat tidak pasti ini, punya asuransi adalah sebuah kebutuhan ya mbak
BalasHapusbiar hidup jadi tenang dan terlindungi
Istrinya itu multi jabatan. Menteri keuangan, kesejahteraan, lingkungan hidup, pendidikan, dan masih banyak lagi. Sementara semua departemen yang banyak itu melibatkan uang agar berjalan dengan baik. Makanya emang perlu banget melek literasi keuangan Mbak May. Gak sekadar jago nawar belanjaan di tukang sayur :)
BalasHapusGegara pandemi, kayaknya kesadaran org ber-asuransi jadi makin tinggi ya Mba
BalasHapusSemogaaaa banyak manfaat yg bs ddapatkan.
Memang mengatur keuangan itu ga gampang
tapiii, kalo ga diatur dgn baik, hidup bakal makin ruwet :D
Self reward harus masuk budget dong yah, supaya gak stress
BalasHapusSekali2 memanjakan diri juga penting agar jangan kebablasan aja yaah hehe
Asuransi memang penting untuk proteksi diri kita dan keluarga yah mbak, karena kita gak pernah tahu apa yang akan terjadi nanti yah
Perempuan umumnya emang untuk urusan uang lebih teliti ya..dan itu udah kayak kewajiban...jadi ya harus pinter kelola keuangan..
BalasHapusself reward tuh ternyata 10% doang yaa hahaha aku kok banyak :P jadi pengen ulang bikin finplan deh.
BalasHapuspenting banget nih ya melek literasi keuangan biar bisa kelola uang rumah tangga dengan baik
Saya termasuk yang gak mau mengelola keuangan rumah tangga. Malah jadi pusing sendiri hehehe. Tetapi, terus berusaha meningkatkan literasi finansial. Paling gak kalau dikasih uang belanja, tau cara mengaturnya. Biar gak boros :D
BalasHapushihi, aku belum membuat anggaran self reward 10% nih :D eh tapi kya nya jatahnya selama ini udah kepake untuk saldo dompet online deh, soalnya aku suka jajan makanan online sih XD huhu
BalasHapusIya para istri tuh menteri keuangan jadi lieur juga kalau nggak punya bekal ilmu untuk mengelola keuangan keluarga bisa boros banget ya jadi ini waktunya kita mencari ilmu dan menambah wawasan tentang manajemen keuangan keluarga..
BalasHapusBenar banget mba, emak-emak di rumah kebanyakan jadi menteri keuangan harus pintar-pintar mengelola keuangan meski kadang bungung bagi-bagi haha. Tapi asuransi harus jadi prioritas untuk keluarga ya mbak.
BalasHapusKudu banget melek asuransi kalo dana living udh terpenuhi ya mba. N klo was was sm asuransi konvensional sdh ad opsi syariah
BalasHapusmemang kalau mau gabung dan ikut asuransi sangat dianjurkan di usia muda sih mba...selain lebih well prepared memang premi juga jd lebih ringan sih mba
BalasHapusiya mbak, alhamdulillah saya bersyukur banget bisa mengikuti webinar KEB dan prudential ini. Karena dengan begitu kesadaran saya akan pentingnya diri kita sebagai ibu-ibu mengelola keuangan keluarga. Dan mulai memikirkan rencana-rencana keuangan ke depan.
BalasHapusSuami aku juga tipekal gamau ribet nih Mak, serahin semua gaji ke istri dan istri yang ngurus... Makanya, PR banget buat aku tentang literasi keuangan ini, soalnya kadang masih ada kebocoran pengeluaran...
BalasHapusDan sekrang aku juga lagi mikir soal asuransi nih, krn blum punya asuransi swasta
Suami aku juga tipekal gamau ribet nih Mak, serahin semua gaji ke istri dan istri yang ngurus... Makanya, PR banget buat aku tentang literasi keuangan ini, soalnya kadang masih ada kebocoran pengeluaran...
BalasHapusDan sekrang aku juga lagi mikir soal asuransi nih, krn blum punya asuransi swasta
Ibu rumah tangga memang kudu pinter2 nih mengelola keuangan supaya kondisi stabil terus ya mbak.
BalasHapusKudu pinter2 nih dalam alokasi post2 pengeluaran tiap bulan.
Asuransi jg penting utk proteksi ya mbak, khususnya asuransi kesehatan.
Hahahaa, bacanya sambil pegangan nih mak!
BalasHapusIya, penting banget sebagai menteri keuangan harus punya wawasan dan ilmu seputar cara mengelola keuangan. Dulu pertama kali nikah, dipasrahkan keuangan, nombook donk. TRus pundung, ga mau lagi jadi menteri, tekoor..
Btw, kalo soal proteksi diri aku bawel, karena kita ga tau kedepannya gimana, setidaknya menyiapkan perlindungan buat keluarga.
Bener banget perempuan memegang peranan penting dalam keuangan. Jadi Manager keuangan sekaligus bisa jadi boros kalau sering belanja yang bukan sesuai kebutuhan. Alhamdulillah ya jadi tercerahkan dengan webinar ini
BalasHapuspenting banget emang ngantur keuangan keluarga lebih baik, apalagi jika sudah punya anak, salah satunya ada alokasi untuk proteksi diri ya mba, kayak maaf kasus yang mneimpa almarhum vanessa dan suami, jadi bisa juga buat support anaknya nanti
BalasHapusSenang sekali dipercaya suami sebagai menteri keuangan. Hehhe..dengan tanggungjawab sebesar itu, dan pentingnya mengenal literasi keuangan melalui webinar yang super kece ini bersama KEB, alhamdulillah mendapat insight yang positif yaa, kak.
BalasHapuskalau suamiku dia ngasih uang bulanan setelah dipotong keperluan dia. jujur ya setelah menikah aku kaget banget ternyata sulit sekali mengelola keuangan keluarga itu makanya sampai sekarang masih struggle dalam mengelola keuangan
BalasHapusWah, betul juga.. Karena kebanyakan perempuan nantinya bakal jadi menteri keuangan di rumah tangganya masing-masing, maka pengetahuan tentang literasi keuangan wajib dikuasai para perempuan ya ini..
BalasHapusAku itu sebenarnya ga pinter2 banget ngelola uang boncos iyaaaa😂😂😂
BalasHapusMakanya untung ya sekrng jadi tahu sama portfolio berkat ikutan kemaren