Lomba Blog Asus

Deal Dengan Remaja Di Masa Corona

Deal Dengan Remaja Di Masa Corona
Deal Dengan Remaja Di Masa Corona


Siapa yang punya anak remaja? Cung? Atau punya anak yang akan beranjak remaja?

Punya anak remaja itu gampang-gampang sulit. Kadang mudah memberitahu mereka. Kadang perlu pertarungan dan diskusi yang alot. *Halah.

Ketika Indonesia mulai dinyatakan mempunyai kasus positif Corona (Covid-19) pada Maret 2020 lalu, saya dan suami sempat merasa was-was. Wah, anak-anak di Pondok bagaimana ini ya?

Kondisi di Pondok yang satu kamarnya terdiri dari beberapa santri dan selalu melakukan kegiatan bersama dimana-mana tentu sulit menghindar jikalau terjadi penularan. Sholat bersama, makan bersama, sekolah bersama, kegiatan ekskul juga bersama.

Untungnya sih pihak Pondok pada saat itu langsung mengambil antisipasi cepat. Anak-anak dikarantina, tidak boleh dikunjungi orang luar, termasuk keluarga maupun orangtua sendiri. Pihak luar pun tak bisa seenaknya masuk. Akses keluar masuk benar-benar dibatasi untuk mencegah penularan Virus.

Dua minggu berlalu sih masih aman-aman saja, pihak Pondok masih memberlakukan "Lockdown lokal", para santri tidak bisa keluar dengan alasan apapun, pun orang luar tidak bisa masuk dan berkunjung. Lama-lama para orangtua mulai resah karena tak bisa menemui anak-anaknya. Beberapa santri yang sakit dan harus pulang, tidak bisa masuk dan balik dulu ke pondok sampai waktu yang belum ditentukan.

Memasuki minggu ketiga, pihak Pondok mengambil keputusan untuk memulangkan para santri, kembali ke keluarga dan meneruskan proses belajar di rumah.




Antara senang, lega, tapi juga was-was melanda kami. Rasanya sudah aman membiarkan anak-anak di karantina di pondok saja. Tapi juga sedih sih kalau kami tidak bisa mengunjungi mereka tiap minggu seperti biasa.

Punya 3 anak remaja yang sedang berada pada masa bergaul ini cukup tricky.

Selama ini, saat mereka pulang dari pondok dan mendapat jatah liburan, rumah kami selalu ramai. Dua anak bujang hampir selalu mengumpulkan teman-temannya di rumah. Entah sekedar nongkrong biasa sampai malam, atau sampai menginap.

Setiap hari, mereka bisa mengumpulkan teman-temannya hingga belasan orang 😂. Kebayang kan ramainya rumah kami. Hampir tiada hari kosong tanpa teman. Seminimalnya ada 2-4 orang yang biasa nongkrong di rumah kami.

Itu di masa normal, masa non Pandemi. Lah kalau masa Pandemi Corona seperti sekarang ini, bagaimana? Ga mungkin kan membiarkan mereka berkumpul. Aturan physical distancing tentu wajib diterapkan mengingat kami tak ingin menulari, atau ditulari.

Kami tahu banget kalau anak-anak itu suka banget ngumpul sama teman-temannya. Mereka remaja yang butuh bergaul dan belajar melalui pertemanan. Tapi kondisi Pandemi Corona ini tidak memungkinkan mereka untuk berkumpul dengan intens.

Untungnya sih guru-guru, ustadz dan ustadzah di Pondoknya anak-anak sudah membekali mereka cukup info tentang gejala Corona dan bahayanya. Kami pun harus terus menerus melakukan sounding-sounding tentang gejala Corona.

Supaya info yang diberikan akurat dan bisa dipercaya, saya selalu menunjukkan info yang diberikan platform kesehatan semacam halodoc yang dikelola oleh para dokter. Banyak info-info tentang kesehatan yang bisa saya dapat di halodoc. Bahkan halodoc juga yang selalu jadi referensi saya saat mencari info kesehatan. Maklum, penulis dan editornya juga para dokter, jadi Insya Allah bisa dipercaya.

Saat penasaran dan curiga dengan adanya gejala Corona, seperti demam, batuk, sesak, diare, dsb, bisa juga konsultasi di appsnya halodoc.

Sekiranya perlu menebus resep atau membeli vitamin, tapi tidak memungkinkan keluar rumah, bisa dibeli secara online via halodoc.

Dealing dengan Remaja


Sering sounding-sounding tentang gejala Corona beserta bahayanya ternyata cukup ampuh untuk mencegah para remaja ini kumpul dan bertemu dengan teman-temannya.

Memang bukan berarti mereka ga bosan dan tetap ingin ngumpul. Sesekali tercetus keinginan untuk bertemu teman-temannya.

"Bund, udah boleh main belum?"

"Ya Allah kak, itu penderita Corona masih terus nambah. Masih bahaya kak kalau kumpul-kumpul"

"Kan ini udah lebih dari 2 Minggu"

"Ya sih, tapi di berita kakak lihat sendiri kan, penderitanya masih terus bertambah? Belum berkurang?"

"Sabar-sabar dulu ya kak. Kalau kalian disiplin dan sabar menjaga jarak dan ga ngumpul-ngumpul, Insya Allah akan lebih cepat berlalu wabah ini
" sahut ayahnya.


Lagi-lagi, senjata kami adalah membeberkan fakta dan data bahaya virus Corona (Covid-19) ini.

Hampir tiap kali kami mengajak anak-anak menonton atau membaca berita bersama tentang perkembangan Covid-19.

Hampir tiap hari kami berdiskusi dan menceritakan kasus-kasus Corona. Mulai cara penularannya dan bagaimana Corona bisa bertahan di benda-benda tertentu hingga berjam-jam, menyebabkan penularannya sangat mudah terjadi. Kami juga menceritakan kasus-kasus kematian pasien-pasien Corona.

Sejauh ini sih mereka masih kooperatif, ga kepikiran lagi bertemu teman-temannya untuk kumpul-kumpul

Mudah-mudahan mereka tak lagi merengek. Malah sepertinya sudah mulai bisa menikmati masa-masa berkegiatan hanya di rumah saja. Seperti Ferdi yang sekarang minta diajari ayahnya bermain gitar, padahal dulunya tak pernah terlihat berminat. Hampir tiap hari Ferdi melatih dirinya untuk fingering. Atau Faldi yang sedang meningkatkan follower sosial medianya buat cari uang tambahan dan belajar buat ujian masuk Perguruan Tinggi.

Sekarang mereka bahkan sudah bisa memarahi teman-teman yang mengajak kumpul.

1 komentar

Komentar anda merupakan apresiasi bagi tulisan saya. Terima kasih sudah berkunjung. Maaf jika komen saya moderasi untuk mencegah pemasangan link hidup dan spam.

Tertarik bekerja sama? Kirim email ke siswadi.maya@gmail.com