Menurut dokter, jika tidak dijaga, adik saya berpotensi gagal ginjal dan harus menjalani cuci darah selamanya. Entah karena stress memikirkan harus cuci darah dan berbagai masalah, membuat adik saya terus drop kondisinya dan akhirnya meninggalkan kami selama-lamanya 4 tahun lalu.
Sampai sekarang, kalau ingat alm. adik saya ini saya selalu merasa sedih. Bagaimana tidak, usianya masih muda, belum genap 40 tahun ketika ia meninggalkan kami, keluarganya.
Sejak kecil, adik saya ini memang termasuk obesitas, kelebihan berat badan. Saat remaja hingga menjelang dewasa awal, ia seringkali meminum obat pelangsing secara sembarangan. Berat badannya pernah hampir mencapai 100kg.
Setelah lulus kuliah dan bisa cari uang sendiri, adik saya yang memang hobi makan ini sering makan sembarangan juga. Makan-makanan pedas ga kira-kira. Di sisi lain, ia juga menderita asam urat. Seringkali asam uratnya mendadak tinggi, kakinya bengkak dan sulit berjalan.
Jika sudah begitu, alm. adik saya yang trauma ke RS ini memilih menenggak obat tanpa resep dokter. Bahkan tak jarang ia memilih menenggak beberapa obat dengan entengnya ketika sesudah makan-makanan tertentu.
Menurut dr. Cut Putri Arianie, M.H.Kes, Direktur P2PTM Kementerian Kesehatan, faktor risiko seseorang terkena gagal ginjal kronis adalah obesitas, tekanan darah tinggi, diabetes melitus.
![]() |
dr. Cut Putri Arianie, M.H.Kes, Direktur P2PTM Kementerian Kesehatan memberi penjelasan |
1. Obesitas
Pada orang dengan obesitas, organ ginjal harus bekerja lebih berat, menyaring darah lebih banyak daripada normal untuk memenuhi tuntutan metabolik yang meningkat sesuai berat badannya.
"Peningkatan fungsi ginjal tersebut dapat mengakibatkan kerusakan ginjal dan meningkatkan risiko terjadinya penyakit ginjal kronis dalam jangka waktu lama," jelas dr. Cut Putri.
Di sisi lain, data Riskesdas 2018 mengungkap 21,8 persen penduduk Indonesia berusia di atas 18 tahun mengalami obesitas. Jumlah tertinggi ada di Sulawesi Utara dengan 30, 2 persen dari total penduduk. Jumlah terendah Nusa Tenggara Timur 10,3 persen dari total penduduknya.
Saya rasa obesitas ini yang menjadi faktor resiko alm. adik saya
2. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
Prevalensi hipertensi, berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah di Indonesia sebesar 34,11 persen dari total pendiduk memiliki hipertensi. Kalimantan Selatan jadi yang tertinggi sebesar 44,13 persen, dan terendah di Papua 22,22 persen.
3. Diabetes Melitus (DM)
Prevalensi DM dari diagnosis dokter di Indonesia ada 2,0 persen dari total penduduk berusia di atas 15 tahun. Tertinggi ada di DKI Jakarta sebesar 3,4 persen dan terendah di Nusa Tenggara Timur (NTT) sebesar 0,9 persen.
2. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
Prevalensi hipertensi, berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah di Indonesia sebesar 34,11 persen dari total pendiduk memiliki hipertensi. Kalimantan Selatan jadi yang tertinggi sebesar 44,13 persen, dan terendah di Papua 22,22 persen.
3. Diabetes Melitus (DM)
Prevalensi DM dari diagnosis dokter di Indonesia ada 2,0 persen dari total penduduk berusia di atas 15 tahun. Tertinggi ada di DKI Jakarta sebesar 3,4 persen dan terendah di Nusa Tenggara Timur (NTT) sebesar 0,9 persen.
Ada dua faktor resiko penyakit ginjal kronis
1. Faktor Resiko yang tidak dapat dimodifikasi
- Riwayat keluarga dengan penyakit ginjal
- Kelahiran Prematur
- Trauma di daerah abdomen
- Jenis penyakit tertentu (Lupus, AIDS, Hepatitis C, dll)
2. Faktor Resiko yang dapat dimodifikasi
- Diabetes (tipe 2)
- Hipertensi
- Konsumsi Pereda Nyeri
- Narkoba, Psikotropika, dan zat adiktif
- Radang Ginjal
Hari Ginjal Sedunia diperingati setiap tahunnya pada 13 Maret. Tema Ginjal Sehat untuk Semua dipilih untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat seputar kesehatan ginjal.
Penjelasan Direktur P2PTM Kementerian Kesehatan dr. Cut Putri Arianie, M.H.Kes mengungkap penyakit ginjal kronis di Indonesia menempati urutan ke-13 penyebab kematian di 2017.
"Di Indonesia berdasarkan data IHME, Global Burden Disease, 2017 dari total kematian 1.510.113. Penyakit ginjal kronis menempati urutan ke-13 penyebab kematian terbesar 35.217 atau 2 persen dari total kematian," ujar dr. Cut Putri di Kementerian Kesehatan, Kamis, 12 Maret 2020.
Berdasarkan data Riskesdas 2018, dr. Cut Putri mengungkap prevalensi Gagal Ginjal Kronis tertinggi berdasarkan diagnosis dokter, ada di Kalimantan Utara dan Sulawesi Barat sebagai yang terendah.
"Penduduk usia 15 tahun ke atas yang terdiagnosis gagal ginjal kronis di Indonesia sebesar 0,38 persen atau sebanyak 739.208 jiwa. Tertinggi ada di provinsi Kalimantan Utara 0,64 persen, dan terendah Sulawesi Barat 0,18 persen," lanjut dr. Cut Putri.
Hari Ginjal Sedunia diperingati setiap tahunnya pada 13 Maret. Tema Ginjal Sehat untuk Semua dipilih untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat seputar kesehatan ginjal.
Penjelasan Direktur P2PTM Kementerian Kesehatan dr. Cut Putri Arianie, M.H.Kes mengungkap penyakit ginjal kronis di Indonesia menempati urutan ke-13 penyebab kematian di 2017.
"Di Indonesia berdasarkan data IHME, Global Burden Disease, 2017 dari total kematian 1.510.113. Penyakit ginjal kronis menempati urutan ke-13 penyebab kematian terbesar 35.217 atau 2 persen dari total kematian," ujar dr. Cut Putri di Kementerian Kesehatan, Kamis, 12 Maret 2020.
Berdasarkan data Riskesdas 2018, dr. Cut Putri mengungkap prevalensi Gagal Ginjal Kronis tertinggi berdasarkan diagnosis dokter, ada di Kalimantan Utara dan Sulawesi Barat sebagai yang terendah.
"Penduduk usia 15 tahun ke atas yang terdiagnosis gagal ginjal kronis di Indonesia sebesar 0,38 persen atau sebanyak 739.208 jiwa. Tertinggi ada di provinsi Kalimantan Utara 0,64 persen, dan terendah Sulawesi Barat 0,18 persen," lanjut dr. Cut Putri.
Data BPJS 2017 menyebutkan bahwa biaya hemodialisis mencapai 3,4 triliun rupiah. Besar banget kan ya? Andai bisa dicegah, biaya sebesar itu bisa dilakukan untuk membiayai hal lainnya, right.
So, lebih baik melakukan pencegahan dan lakukan deteksi dini kan? Yuk kita kenali tanda-tanda penyakit ginjal kronis ini
Tanda dan Gejala Penyakit Ginjal Kronis :
1. Tekanan darah tinggi
2. Perubahan frekuensi & jumlah buang air kecil dlm sehari
3. Adanya darah dalam urin
4. Lemah serta sulit tidur
5. Kehilangan nafsu makan
6. Sakit kepala
7. Tidak dapat berkonsentrasi
8. Gatal
9. Sesak
10. Mual & muntah
11. Bengkak di beberapa bagian tubuh, terutama pada kaki, pergelangan kaki, atau kelopak mata pada pagi hari
Jika curiga dan menemukan beberapa tanda-tanda tersebut, tak ada salahnya melakukan deteksi dini dan segera mendatangi fasilitas layanan kesehatan terdekat.
2. Perubahan frekuensi & jumlah buang air kecil dlm sehari
3. Adanya darah dalam urin
4. Lemah serta sulit tidur
5. Kehilangan nafsu makan
6. Sakit kepala
7. Tidak dapat berkonsentrasi
8. Gatal
9. Sesak
10. Mual & muntah
11. Bengkak di beberapa bagian tubuh, terutama pada kaki, pergelangan kaki, atau kelopak mata pada pagi hari
Jika curiga dan menemukan beberapa tanda-tanda tersebut, tak ada salahnya melakukan deteksi dini dan segera mendatangi fasilitas layanan kesehatan terdekat.
Tapi, daripada melakukan pengobatan, bukankah lebih baik melakukan pencegahan, right?
Sebenarnya, Kemenkes punya anjuran perilaku yang sangat baik diterapkan untuk mencegah berbagai penyakit, termasuk penyakit ginjal kronis ini. Apa itu?
CERDIK!
Perilaku CERDIK yang dianjurkan oleh Kemenkes ini merupakan kepanjangan dari perilaku berikut
Cek kesehatan secara berkala
Enyahkan asap rokok
Rajin aktivitas fisik
Diet sehat dengan kalori seimbang
Istirahat cukup
Kelola stress
Udah pada menerapkan pola perilaku ini belum nih?
Yuk, mulai dari sekarang
Tidak ada komentar
Komentar anda merupakan apresiasi bagi tulisan saya. Terima kasih sudah berkunjung. Maaf jika komen saya moderasi untuk mencegah pemasangan link hidup dan spam.
Tertarik bekerja sama? Kirim email ke siswadi.maya@gmail.com