Jika bicara kanker, selalu membuat kita bergidik. Mendengar vonis kanker rasanya bagai disambar petir.
Saya memang belum pernah mengalami. Tapi keluarga dekat saya ada yang menderita kanker. Alm. Papi mertua. Beliau divonis kanker sekitar tahun 2000an. Sejak mendengar itu, semua keluarga tentu saja terkejut dan syok.
Pada saat itu, dokter memperkirakan harapan hidupnya tak lama lagi. Paling lama 5 tahun. Tentu berita ini membuat kami syok.
Untung lah alm. Papi orang yang easy going dan punya banyak teman. Kanker paru yang diam-diam sedang menggerogoti tak diambilnya pusing. Ia tetap beraktifitas seperti biasa sembari tetap menjalani serangkaian pengobatan.
Karena perkiraan umur yang pendek, kami semua berusaha membuat papi bahagia. Awalnya, makanan papi kami batasi. Tapi belakangan kami sadar, hal itu justru membuatnya tak bahagia. Akhirnya kami justru menawarkan papi makanan kesukaannya, mengajaknya jalan-jalan, menyenangkan hatinya.
Tak terasa, 5 tahun berlalu, papi masih tetap sehat berdiri. Masih kuat nyetir sendiri ke Lampung, kampung tempat sebagian besar anak-anaknya lahir.
Dukungan keluarga, support system, ini lah yang saya rasa memperpanjang harapan hidup alm. Papi, di samping pengobatan kanker yang dilakukannya di beberapa rumah sakit di Jakarta.
Nyatanya, pengobatan kanker di Indonesia sudah cukup bagus. Ga perlu jauh-jauh ke luar negeri, jauh dari kerabat dan sanak saudara.
Hal itu lah yang diungkap kan Prisca Batubara, salah satu anak alm. Menteri Tenaga Kerja dan Menpera di era Orde Baru, Cosmas Batubara. Alm. Pak Cosmas divonis menderita kanker Limpoma pada September 2017. Sempat menjalani pengobatan kanker hingga ke Jepang.
Pada akhirnya pak Cosmas memilih pulang ke Indonesia dan menjalani pengobatan di RSCM yang sudah memiliki alat lengkap untuk Terapi Radiasi. Prof Dr. dr. Soehartati A. Gondhowiardjo, Sp.Rad (k)onk Rad yang , menyebutkan pengobatan kanker di Indonesia kini pun tak kalah canggih di banding pengobatan di luar negeri.
Malah justru pengobatan di dalam negeri jauh lebih menguntungkan. Bukan saja dari segi harga, tapi juga dari segi support system, dukungan moral. Ini lebih penting. Dikelilingi keluarga tercinta dalam menghadapi kanker yang sedang berusaha menggerogoti perlahan itu sangat-sangat membantu.
Menurut direktur P2PTM, dr. Cut Putri Arianie, MHKes, angka kejadian kanker di Indonesia cukup tinggi, sekitar 20% kematian di Indonesia disebabkan kanker. Ini tentu saja menjadi perhatian P2PTM untuk melakukan edukasi, agar masyarakat bisa mencegahnya.
Menurut dr. Cut pada acara Temu Social Media Influencer di hotel Manhattan pada 4 Februari 2020 lalu dalam rangka memperingati hari kanker sedunia, pengobatan kanker sangat lah mahal, walau dibiayai BPJS sekalipun, belum lagi kerugian moril yang timbul. Jika kita bisa mencegahnya, akan lebih baik kan?
Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati, right? Satu hal yang saya catat dan garis bawahi, bolak balik dr. Cut mengatakan ubah gaya hidup dan jauhi stress. Stress. Yap, rasanya stress menjadi sumber berbagai penyakit. Coba perhatikan, GERD, Maag, Asma, maupun Tekanan darah tinggi pun bisa dipicu oleh stress.
dr. Aldrin Neilwan Panca Putra, Sp.Ak pun menyebutkan hal yang sama. Cara mencegah kanker sebenarnya jauh lebih mudah daripada mengobatinya. Cukup hindari atau kurangi stress, ubah gaya hidup, kalau kata dr.Cut, kurangi asupan gula-garam-lemak, jauhi rokok atau asap rokok, hingga perbanyak gerak.
Oh ya, salah satu cara mudah lainnya adalah, rutin lah melakukan deteksi dini kanker. Beberapa fasilitas kesehatan semacam puskesmas sekarang mempermudah pasien untuk melakukan deteksi dini kanker. Contohnya IVA test yang bisa dilakukan di puskesmas. Deteksi dini ini merupakan cara mudah untuk melakukan deteksi dini kanker serviks.
Saat melakukan kontrol IUD di puskesmas tahun lalu, saya langsung ditawarkan IVA test. Saya langsung ok aja, secara ga perlu bayar dan sekalian kontrol. Alhamdulillah saat itu hasilnya negatif. Semoga tidak ada tanda-tanda membahayakan ya.
Menurut dr. Aldrin, kanker Serviks ini sebenarnya merupakan salah satu kanker yang sangat mudah untuk dicegah, asal kita mau rutin melakukan deteksi dini semacam IVA Test
Nah itu lah teman-teman, lakukan deteksi dini. Semakin dini ditemukan, semakin mudah dihancurkan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar
Komentar anda merupakan apresiasi bagi tulisan saya. Terima kasih sudah berkunjung. Maaf jika komen saya moderasi untuk mencegah pemasangan link hidup dan spam.
Tertarik bekerja sama? Kirim email ke siswadi.maya@gmail.com