11 tahun lalu saja, saya sudah memasarkan produk via digital. Saya memanfaatkan blog untuk menjual Baju Pesta Menyusui. Saat itu belum ada sosial media seperti saat ini, jadi hanya blog yang saya gunakan untuk etalase produk dan bercerita tentang produksi. Alhamdulillah, walau hanya berjualan online, customer cukup banyak. Blog saya gunakan karena ga butuh biaya banyak, ga perlu sewa toko.
Sayangnya, saat mulai berkembang dan mau diversifikasi produk, saya tak punya cukup modal untuk mengembangkannya. Akhirnya, pelan-pelan usaha tersebut saya tutup. Huuhuhu. Andai saat itu sudah muncul fintech atau berbagai bantuan modal untuk UMKM seperti saat ini, tentu saya ga akan kebingungan.
Pada Connect 2019 Day 2, 31 Oktober 2019, terungkap bahwa Bank Mandiri memberi banyak kesempatan untuk pembiayaan UMKM. Pak Hery Sofiani (AVP Micro Development & Agent Banking Group Bank Mandiri) menyebutkan, Bank Mandiri sudah menyalurkan kredit sejumlah 150 trilyun pada UMKM, 47 T diberikan secara premium pada UMKM digital. Keren kan tuh? Huhuhu, jadi inget usaha Baju Pesta Menyusui.
Walau saat ini ratusan fintech (finance Technology), Bank Mandiri justru tak ingin mengambil posisi sebagai pesaing. Bank Mandiri justru menerapkan Coopetition, Cooperation plus Competition. Ya bersaing sehat lah intinya. Tetap berkompetisi, sambil menjalin kolaborasi.
Salah satu bentuk kolaborasinya, Bank Mandiri menjalin kerjasama dengan beberapa fintech dan Marketplace untuk menyalurkan kredit. Beberapa UMKM yang tergabung dalam Marketplace Seperti Tokopedia misalnya, akan dapat kredit jika dianggap layak. Bank Mandiri menjadikan Marketplace Ini sebagai filter. Ini secara ga langsung jadi meringankan tugas Bank Mandiri dalam melakukan screening. Ini lah salah satu bentuk dukungan Bank Mandiri terhadap kemajuan UMKM.
Tak kalah hebat, Telkom sebagai salah satu BUMN besar juga memberikan dukungan pada UMKM. Menurut Joddy Hernady (EVP Digital & Next Business Telkom Group), Telkom membangun lebih dari 50 unit rumah kreatif BUMN untuk mengembangkan UMKM. Telkom juga membuat program inkubator bisnis "indigo" dan digital valley di 4 kota Indonesia. Dalam inkubasi ini Telkom juga memberi bantuan dana dan akses pasar kepada para startup binaannya.
Nah, salah satu startup yang juga turut mendukung pertumbuhan UMKM adalah Warung Pintar yang dibidani oleh Agung Bezharie (cofounder/ CEO warpin). Berangkat dari data bahwa 60 juta UMKM yang ada, 90% merupakan UMKM berskala mikro. Menurut Agung, UMKM kategori mikro ini perlu dibantu untuk meningkatkan performancenya.
Pada sesi lainnya, Ridho Khusnul Fadhil (CEO Humblezing) menyebutkan "promo harus dilakukan melalui media sosial seperti Facebook & Instagram. Kalau pun mau menggunakan bantuan Facebook atau Instagram ads, hanya sebagai pelengkap. Menurut Ridho alias Ujang, lebih penting menciptakan engagement dengan customer.
Fariz Egia Gamal, pemiliknya Mister Brewok menyebutkan, untuk mendapatkan customer baru, tetap perlu menggunakan paid promote di media sosial.
Saya sempat mengajukan pertanyaan pada kedua brand owner ini, apakah mereka menggunakan influencer atau endorser juga untuk membantu mendongkrak produknya, jika ya, seberapa efektif penggunaan influencer atau endorser ini mampu mendatangkan customer baru dan meningkatkan penjualan.
Gamal, owner Mister Brewok menyebutkan pernah sekali menggunakan influencer dan hasilnya luar biasa. Menurut Gamal, penjualan dan customer baru meningkat berkali-kali lipat, nyaris 100% *cmiiw. Woow, luar biasa ya.
Tapi, bro Gamal yang full brewokan ini juga mengatakan, saat itu Mister Brewok memang menggunakan influencer yang sesuai dengan brand image, ybs memang pengguna Mister Brewok dan followernya banyak. So, bayar influencer sekian puluh juta pun dirasa worthed saat itu. Sayangnya, mendapatkan influencer yang sama ga mudah lagi, so bro Gamal sekarang ini lebih memilih memanfaatkan Instagram Ads untuk meningkatkan awareness. Mister Brewok juga mulai memanfaatkan media YouTube untuk beberapa promosi.
Sebaliknya, Humblezing justru merasa penggunaan influencer kurang efektif bagi mereka. Ini karena Humblezing sendiri belum menemukan sosok influencer yang sesuai dengan brand image yang mereka inginkan. Sosok anak muda fashionable yang suka naik gunung dan berpetualang. So, Humblezing lebih memilih fokus memanfaatkan Instagram dan Facebook.
Ah, Connect 2019 hari kedua ini beneran memberikan banyak insight pada saya. Nyesel juga ga memanfaatkan kesempatan ini untuk datang dan mendengarkan sesi Talkshow di hari pertama. Bagi saya dan beberapa pelaku bisnis, apalagi anak-anak muda yang mau memulai start up, datang ke Connect 2019 ini daging banget lho. Asli banyak banget insight dan ilmu berharga disini.
Secara ga langsung para bisnis owner atau pun brand marketing buka-bukaan beberapa strategi bisnisnya. Ya, mungkin belum 100% terungkap, tapi kecipratan 30-40% saja kan udah lumayan, ya ga sih?
So, buat teman-teman pelaku bisnis atau yang tertarik mau memulai bisnis, wajib deh ikut Connect berikutnya, ajang bertemu dan terkoneksi dengan banyak bisnis owner. Mantab!
Saya sempat mengajukan pertanyaan pada kedua brand owner ini, apakah mereka menggunakan influencer atau endorser juga untuk membantu mendongkrak produknya, jika ya, seberapa efektif penggunaan influencer atau endorser ini mampu mendatangkan customer baru dan meningkatkan penjualan.
Gamal, owner Mister Brewok menyebutkan pernah sekali menggunakan influencer dan hasilnya luar biasa. Menurut Gamal, penjualan dan customer baru meningkat berkali-kali lipat, nyaris 100% *cmiiw. Woow, luar biasa ya.
Tapi, bro Gamal yang full brewokan ini juga mengatakan, saat itu Mister Brewok memang menggunakan influencer yang sesuai dengan brand image, ybs memang pengguna Mister Brewok dan followernya banyak. So, bayar influencer sekian puluh juta pun dirasa worthed saat itu. Sayangnya, mendapatkan influencer yang sama ga mudah lagi, so bro Gamal sekarang ini lebih memilih memanfaatkan Instagram Ads untuk meningkatkan awareness. Mister Brewok juga mulai memanfaatkan media YouTube untuk beberapa promosi.
Sebaliknya, Humblezing justru merasa penggunaan influencer kurang efektif bagi mereka. Ini karena Humblezing sendiri belum menemukan sosok influencer yang sesuai dengan brand image yang mereka inginkan. Sosok anak muda fashionable yang suka naik gunung dan berpetualang. So, Humblezing lebih memilih fokus memanfaatkan Instagram dan Facebook.
Ah, Connect 2019 hari kedua ini beneran memberikan banyak insight pada saya. Nyesel juga ga memanfaatkan kesempatan ini untuk datang dan mendengarkan sesi Talkshow di hari pertama. Bagi saya dan beberapa pelaku bisnis, apalagi anak-anak muda yang mau memulai start up, datang ke Connect 2019 ini daging banget lho. Asli banyak banget insight dan ilmu berharga disini.
Secara ga langsung para bisnis owner atau pun brand marketing buka-bukaan beberapa strategi bisnisnya. Ya, mungkin belum 100% terungkap, tapi kecipratan 30-40% saja kan udah lumayan, ya ga sih?
So, buat teman-teman pelaku bisnis atau yang tertarik mau memulai bisnis, wajib deh ikut Connect berikutnya, ajang bertemu dan terkoneksi dengan banyak bisnis owner. Mantab!
Tidak ada komentar
Komentar anda merupakan apresiasi bagi tulisan saya. Terima kasih sudah berkunjung. Maaf jika komen saya moderasi untuk mencegah pemasangan link hidup dan spam.
Tertarik bekerja sama? Kirim email ke siswadi.maya@gmail.com