![]() |
Ibu Yohana Yembise |
Mentri perempuan yang satu ini luar biasa, seorang Professor dan guru besar asal Universitas Cendrawasih, Papua. Mami Yo, demikian panggilan akrabnya, merupakan Professor perempuan pertama asal Papua.
Saya tak henti-hentinya kagum terhadap sosok Mentri Yohana. Terharu campur bangga juga. Sebagai perempuan asli Papua, kelahiran Manokwari, mampu meraih gelar professor tentu bukan hal yang mudah. Tak banyak perempuan yang bisa meraih gelar Professor, apalagi perempuan Papua yang tak punya banyak akses.
Perempuan Papua yang bisa mengakses pendidikan tinggi dan bisa maju itu bisa dihitung dengan jari. Biasanya mereka banyak dikungkung oleh adat dan agama. Dalam adat Papua, kedudukan perempuan itu rendah sekali *cmiiw. Sulit bagi perempuan, yang pintar sekali pun, untuk bisa duduk, sejajar dengan laki-laki, sebagai pucuk pimpinan. Pendapat perempuan nyaris tak didengarkan.
"Jika bukan karena kepercayaan pak Jokowi yang mengangkat saya sebagai Mentri, belum tentu saya sampai di titik ini. Menjadi Gubernur pun di Papua rasanya mustahil" sebut Bu Yohana bergetar, saat peluncuran buku Biografinya, Dunia Yohana, Inspirasi dari Timur pada 17 Oktober 2019 lalu di Gedung Sapta Pesona, Kementrian Pariwisata, Jakarta.
Mendengar cerita mentri Yohana tersebut membuat dada saya terasa sesak. Tak tahan menahan gejolak emosi yang naik turun. Antara haru, sekaligus bangga. Diam-diam saya menyusut air mata yang berusaha mengalir di sudut mata. Huhuhu. Mentri Yohana seakan mewakili perempuan-perempuan Indonesia yang masih memiliki keterbatasan dalam mengembangkan kemampuan.
Tak heran, jika kesempatannya mentsaat menjadi mentri, dimanfaatkan sebagai momen untuk mengangkat harkat dan derajat perempuan, baik Perempuan Papua, maupun Perempuan-perempuan lain di seluruh Indonesia. Kesempatan mengemban misi sebagai mentri Perempuan dan Anak, beliau manfaatkan untuk mengakhiri 3 hal utama, 3 ends!
Stop Kekerasan Pada Anak dan Perempuan
Stop Perdagangan Manusia, terutama Perempuan dan Anak
Stop Ketidakadilan akses ekonomi, khususnya bagi perempuan
Selama masa jabatannya, mentri Yo banyak memperjuangkan akses bagi perempuan. Bersama jajarannya di KPPPA terus berusaha mengangkat derajat kaum perempuan. Beberapa hal ini banyak diungkap dalam buku Dunia Yohana.
Sekretaris mentri, Bapak Dr. Ir. Pribudi Sitepu, menyebutkan, Kementrian PPPA masih terus berjuang agar perempuan punya akses yang sama dengan laki-laki.
Saat ini, mulai banyak perempuan yang bekerja, menempuh pendidikan tinggi, bahkan keterbukaan akses ini membuat perempuan bahkan bisa menjadi pencari nafkah utama. Sayangnya, perempuan masih punya banyak keterbatasan.
Tuntutan peran sebagai ibu dan istri, masih membatasi perempuan untuk melangkah jauh. Walau kerja, ia masih tetap harus mengurusi anak, membereskan rumah sepulang kerja. Bebannya menjadi dobel-dobel. Ini tentu bukan hal mudah. Perempuan menjadi sangat kelelahan. Ini yang sedang diperjuangkan pak Budi dan jajarannya.
Hal ini terungkap saat bincang-bincang khusus bersama sekretaris menteri KPPPA, seusai peluncuran buku bersama Bu Yohana.
Bicara buku, buku Biografi Dunia Yohana ini bahasanya sederhana, mengalir, dan sangat enak dibaca. Jarang-jarang saya tertarik membaca buku biografi. Membaca buku Dunia Yohana ini seakan menjawab segala haus info saya akan sosok Bu Yohana. Perempuan yang menginspirasi saya. Mampu kah saya sehebat beliau? Meraih gelar Professor? Entah, rasanya mimpi. Tapi, saya ingin bisa jadi perempuan yang berdaya. Semoga suatu saat saya bisa sehebat beliau.
Mentri perempuan yang satu ini memang sangat luar biasa ya Mbak.
BalasHapusSaya juga sangat kagum banget Mbak dengan Mentri Yohana ini.
BalasHapusIya Mbak, zaman sekarang memang sudah hamir semua perempuan memiliki pendidikan yang tinggi.
BalasHapusSelama masa jabatannya, mentri Yohana memang banyak sekali memperjuangkan akses bagi perempuan.
BalasHapusIya Mbak tuntutan menjadi seorang istri dan ibu memang sedikit menghambat perempuan untuk maju berkarir.
BalasHapus