Saya dan suami terpaut usia hampir 10 tahun. Kalau bicara angkatan sekolah aja kami sudah beda. Suami mengalami masa SMA di era 80an, sementara saya menjalani masa SMA di era 90an.
Bicara aliran musik pun jadi beda. Aliran musik suami pada jamannya adalah Frank Sinatra dkk. Sementara saya mah udah eranya Sheila dkk. Kalau suami nyetel lagu, saya merasa lagi dengerin lagunya kakek-kakek. Sementara, kalau suami dengerin lagu-lagu era saya, berasa kayak denger lagu-lagunya bocah.
Ga nyambung kan? Haiisshh..yaiyalah. Jaman beliau SMA kan saya masih kelas 1 SD. Wkwkwk. Seangkatan sama om-om saya :). Untung aja kami ga ribut urusan lagu kesukaan begini.
Perbedaan usia itu sedikit banyak mengundang konflik dan membuat kami harus terus berjuang agar tetap harmonis. Apalagi saat ini usia kami berdua sedang berada di fase 40++ yang biasanya rawan ujian.
Lantas bagaimana menyiasati berbagai perbedaan dan masalah akibat beda usia yang terpaut jauh tersebut?
Simak ya
Kunci Keharmonisan Pasangan Beda Usia, 40++
1. Menerima Pasangan Apa Adanya
Suka sebel sama suami yang malas menggantung handuk, asal meletakkan barang, atau rewel macam anak kecil? Teman-teman tak sendiri. Ada banyak perempuan lain yang mungkin akan bercerita tentang kekurangan-kekurangan tertentu dari suaminya. Termasuk saya, kadang ada aja hal-hal tertentu yang bikin kesel.
Terima lah kekurangannya ini, dibalik kekurangan-kekurangan kecil itu, ada kelebihan-kelebihan lebih besar yang Insya Allah mampu menutupi kekurangan.
Mencintai seseorang itu sejatinya mencintai seutuhnya. Tak Bersyarat. Satu paket, lengkap dengan segala kekurangan. Tak bisa cuma memilih menyukai sesuatu tapi membenci yang lain. Segala kebiasaan baik dan buruk memang sudah ada sejak pasangan belum menikah. Tak mungkin juga kita merubahnya dalam sekejap.
Selama menjalankan proses berumahtangga, suami istri biasanya akan saling menyesuaikan. Proses ini berlangsung sepanjang kehidupan. Kuncinya, menerima dulu apa adanya. Menyadari bahwa tidak ada manusia yang terlahir sempurna :).
2. Saling Melengkapi
Setiap individu punya kelebihan, satu paket dengan kekurangannya. Dengan hadirnya pasangan hidup, suami atau istri, biasanya akan melengkapi kekurangan tersebut.
Suami saya cenderung lebih mudah tersulut emosinya. Sementara saya sebaliknya, kelewat adem. Pada kondisi tertentu, saat emosi suami sedang tersulut, saya lah yang jadi peredam emosi, agar ia tak bertindak gegabah.
Pada kondisi seperti ini, saya akan berusaha membuat tegangannya turun. Entah dielus-elus, diusap-usap, dibisikkan kalimat yang menenangkan. "Sabar yah, kalau kita ikut emosi, kita ga akan lebih baik, kita sama buruknya dengan orang itu"
Di sisi lain, kelemahan saya, terlalu adem, cenderung mengalah, kadang ga berani membela diri sendiri. Padahal, ada saatnya harus memperjuangkan sesuatu. Pada saat seperti ini lah, suami yang berperan. Ia akan bergerak menjadi pelindung saya. Berjuang untuk saya.
Ya begitulah, kami memang jadinya saling melengkapi. Jika suami yang sedang marah atau meledak-ledak, saya diam menahan diri.
3. Perkuat Komunikasi
Rasanya ini udah jadi kunci keharmonisan rumah tangga yang umum disebut-sebut. Tanpa adanya komunikasi yang baik antara suami istri, mustahil rumah tangga akan harmonis. Pasti akan ada salah paham atau konflik.
Namanya manusia kan tak bisa menebak apa yang dikehendaki dari pasangannya. So, jalan untuk memahami satu sama lain ya komunikasi!
4. Menjaga Kemesraan
Walau sudah belasan tahun menikah, pasangan suami istri tetap harus saling menjaga kemesraan. Ini ga boleh luput! Pernikahan yang sudah belasan itu biasanya membuat suami istri sudah seperti teman.
Tapi, kemesraan sebagai pasangan suami istri tetep perlu dijaga. Jangan sampai dingin. Tetap harus selalu dihangatkan setiap saat. Jangan keasyikan sebagai "teman".
Suami tetep perlu memberikan pujian-pujian kecil pada istri. Sesekali memberi ungkapan-ungkapan sayang dan cinta yang lebih eksplisit. Buat hatinya selalu berbunga-bunga. Setiap hari jika perlu! Jangan beri peluang orang lain yang memberinya pujian ;).
Istri pun tetap perlu mesra pada suami. Tak ada salahnya sedikit bermanja-manja pada suami. Semandiri-mandirinya istri, suami juga senang istri yang manja. Kemanjaan istri di satu sisi bisa membangkitkan sisi maskulinitasnya. Minta tolong sesekali. Asal jangan terlalu lebay aja manjanya ya, ntar malah eneg suaminya :).
Rajin-rajin lah memberikan pelukan, ciuman, dekapan, usapan, dan genggaman tangan. Kemesraan semacam ini kadang bisa saja berkurang seiring usia pernikahan. Ini yang harus diwaspadai. Itu sebabnya, kemesraan perlu tetap dijaga, agar api cinta tetap selalu menyala *ehhmm
5. Merawat Diri
Nah, ini nih tips yang saya dapat dari dr. Ardiansyah Dara SpoG. Menurut dr. Dara yang laki-laki tulen ini, bohong jika suami mengatakan tidak memasalahkan penampilan. Biar bagaimana pun, suami lebih suka istri yang tampil rapi dan cantik di rumah. Hal ini pun terang-terangan diakui suami saya. Lebih suka istrinya tampil cantik dan wangi.
Merawat diri dan kebersihan itu penting, agar suami selalu merasa tertarik.
Salah satu bagian yang harus dirawat adalah organ intim. Menurut dr Dara, pada acara Blogger Gathering bersama Resik V pada Sabtu, 29 September 2018 lalu di Eatery 89 Kemang, "organ intim wanita mempunyai aroma khas. Aroma ini keluar dari organ intim yang terawat kebersihannya, tanpa gangguan"
Jika mengalami keputihan, aroma khas itu akan terganggu. Hal ini bisa menurunkan hasrat suami *cmiiw. Hmm. Baru ngeuh sampai sejauh itu pengaruhnya ya. Itu sebabnya, wanita, istri, perlu merawat organ intimnya.
Hal kecil semacam ini kalau tidak diperhatikan, dampaknya bisa jadi besar.
Kebetulan, hari itu kami dikenalkan dengan Resik-V, pembersih organ intim yang terbuat dari bahan alami yang sudah teruji klinis. Varian terbarunya, Resik-V Manjakani Whitening Bengkoang yang bisa dengan mudah ditemukan di Alfamart atau Guardian.
Varian ini disebut-sebut bisa mengencangkan, melalui ekstrak buah manjakani yang terkenal itu, plus mencerahkan (seputar organ intim wanita dengan khasiat buah bengkoang.
Ehmm...jadi ga sabar pengen buru-buru pulang ke rumah *uppps. Pas pula hari itu kami dibekali ilmu membuat hampers berupa pop up 3D frame yang boleh kami bawa pulang, hadiah buat suami. Uhuyy.
Bagaimana hasilnya?
Ehmm...ehmm..... gimana yaa? Kasih tahu ga yaaaa...
Saya sudah mencoba kemasan travel sizenya. Aromanya bunga segar. Wangi. Botolnya kecil mungil. Bisa lah untuk dibawa-bawa bulan madu. *ehhh
"Terima kasih ya bund" ucap suami sembari mendekap dan mendaratkan kecupan lembut di kening. Ahhhh. Terima kasih juga suami :).
Tidak ada komentar
Komentar anda merupakan apresiasi bagi tulisan saya. Terima kasih sudah berkunjung. Maaf jika komen saya moderasi untuk mencegah pemasangan link hidup dan spam.
Tertarik bekerja sama? Kirim email ke siswadi.maya@gmail.com