PRUuniversity, For A Better Education

Sering denger ga sih ada keluhan tentang asuransi yang ga bisa diklaim atau susah diklaim karena ada syarat dan ketentuan tertentu? Banyak masyarakat Indonesia yang malas ikut asuransi salah satunya karena merasa asuransi di Indonesia kadang suka berbelit-belit saat tiba waktunya untuk klaim.


Entah lah masalah utamanya ada di nasabah yang memang kurang lengkap datanya, agennya yang mbalelo, atau info yang didapat si nasabah kurang lengkap?

Saya termasuk salah satu yang hingga hari ini masih saja merasa ga yakin dengan asuransi yang ada di Indonesia. Kayaknya begitu banyak klausul yang membingungkan. Belum lagi ada banyak syarat dan kondisi yang berlaku untuk klaim. 

Kadang-kadang, ga semua agen menjelaskan sebuah produk asuransi dengan detail. Akibatnya, ketika mau klaim, nasabah ga bisa klaim. Bukan karena perusahaan asuransinya nakal ga meluluskan klaim, tapi karena kurangnya pemahaman akan syarat dan ketentuan untuk mengajukan klaim.

Nah, demi meningkatkan pelayanan dan kepuasan pelanggan, Prudential Indonesia pun mendirikan PRUuniversity.


PRUuniversity


PRUuniversity sebenarnya Corporate University. Sebuah platform yang sengaja dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan para karyawan dan tenaga pemasar, agen asuransi, agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik terhadap nasabah, termasuk pengetahuan tentang produkungkap Wahyu Wibowo, Chief Learning & Development Officer Prudential Indonesia pada acara press conference di Wayang Bistro, Kota Kasablanka, Jakarta, pada 5 Juli 2018 lalu yang dihadiri para awak media dan blogger.



PRUuniversity didirikan dengan tujuan untuk memastikan agar masyarakat Indonesia mendapatkan perlindungan terbaik. Kurikulumnya dirancang agar para karyawan dan tenaga pemasar bisa memberikan edukasi kepada publik dan memberikan pelayanan yang terbaik kepada nasabahnya. Dengan cara ini, literasi keuangan dan kesadaran tentang pentingnya asuransi jiwa akan bisa terus ditingkatkan.


Kurikulum PRUuniversity


System belajar di PRUuniversity dirancang dengan memanfaatkan teknologi digital, sehingga para siswa bisa belajar secara online. Jadi, bisa dipelajari kapan saja dan di mana saja. Hal ini akan dapat membuat 2000 karyawan dan 277.000 tenaga pemasar Prudential yang ada di 169 kota di Indonesia akan bisa terhubung dan belajar bersama.

Forum belajar dibuat kolaboratif dengan dasar Social Learning. Hal ini akan membuat para siswa bisa saling berbagi pengalaman, kisah sukses, dan tip-tip praktis berdasar pengalaman.

Dalam hal penyusunan kurikulum, Prudential bekerja sama dengan PPM School of Management yang sudah berpengalaman dalam hal pendidikan dan pelatihan. 


Kurikulum Pelatihan dan Sertifikasi Prudential Indonesia ada di 3 lokasi utama di Jakarta, 7 lokasi di luar Jakarta, dan 54 pusat lisensi yang melayani 409 Kantor Pemasaran Mandiri (KPM) di seluruh Indonesia.



Sebelumnya, Prudential Indonesia juga bekerja sama dengan lembaga pengembangan profesional lainnya seperti LOMA (Life Office Management Association), LIMRA (Life Insurance Marketing and Research Association), FPSB (Financial Planning Standards Boards).

Visi dan Misi


Harapannya sih, tenaga pemasar asuransi, utamanya agen Prudential Indonesia akan mampu memberikan edukasi yang baik kepada nasabah, mampu memberikan info yang tepat dan jelas, dan tidak menyesatkan.

Kalau info yang didapat nasabah lengkap, jelas, dan detail, maka akan banyak masyarakat yang lebih percaya. Jika nasabah paham betul manfaat produk, hak dan kewajiban, penjelasan cara klaim, penyebab klaim tertolak, dan sebagainya, maka mereka tidak akan takut lagi untuk membeli jasa asuransi. Intinya, si agen perlu banget menjelaskan hal-hal terkait produk dan cara klaimnya secara detail! 

Tidak semua nasabah adalah orang yang paham lika liku asuransi. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih perlu diedukasi agar paham manfaat asuransi beserta cara klaimnya. So, tugas utama agen justru memberikan edukasi, bukan hanya jualan produk.


Penguasaan produk dan penjelasan detail ini perlu diberikan, tenaga pemasar pun harus cakap dalam menjelaskan dan memberikan edukasi, karena sebagian besar masyarakat Indonesia memang masih rendah literasi keuangannya.

Tidak ada komentar

Komentar anda merupakan apresiasi bagi tulisan saya. Terima kasih sudah berkunjung. Maaf jika komen saya moderasi untuk mencegah pemasangan link hidup dan spam.

Tertarik bekerja sama? Kirim email ke siswadi.maya@gmail.com