Hm, soal ini mungkin akan bisa menimbulkan beragam jawaban ya. Secara gitu lho, tiap orang kan akan menjawab dengan sudut pandangnya masing-masing. Mungkin ada yang suka, tapi ada juga yang ga suka, ada yang mau. Tapi ga sedikit juga yang ga mau, ada yang antusias, ada yang biasa aja, ada yang excited, ada yang malas, dsb.
Saya sendiri justru termasuk orang yang "hobi" ikut reuni. Hahahaha. Yayayaya, saya sebenarnya hobi ketemu orang, ketemu temen, kopdar, dan sejenisnya. Entah kenapa, ketemu temen, ngobrol, cerita ngalor ngidul, atau cerita kenangan masa sekolah itu selalu mengasyikkan. Mengenang masa sekolah- kuliah, menertawakan kebodohan dan kekonyolan-kekonyolan kami dulu, atau mengenang masa-masa perjuangan menyelesaikan tugas sekolah, kuliah hingga skripsi.
Pada awal-awal bertemu, mungkin cerita masa lalu akan lebih banyak mengalir. Tapi, lama kelamaan, setelah menyatu kembali dan dapat feelnya, cerita akan mulai bergeser ke kehidupan real masa kini. Banyak hikmah yang bisa diambil dari sebuah pertemuan reuni. Proses apa saja yang telah teman-teman kita jalani selama masa-masa yang terlewat itu, bisa jadi cerita menarik yang bisa kita jadikan pelajaran. Hal ini yang membuat saya suka-suka aja kalau ikut reuni. Ada banyak cerita yang bisa diaambil hikmahnya.
Reuni yang paling sering saya lakukan adalah dengan teman-teman kuliah. Hampir tiap tahun kami mengadakan reuni. Biasanya sih habis lebaran, sekalian halal bi halal. Ya, walaupun baru mulai reuninya juga beberapa tahun terakhir, pasca munculnya facebook. Media sosial yang satu inilah yang secara ga langsung menyambungkan kembali satu per satu teman-teman kuliah saya.
Belasan tahun setelah wisuda, kami semua sibuk dengan kehidupan pribadi masing-masing. Ada yang kerja, menikah, melanjutkan kuliah, pindah ke luar kota, atau balik ke kota asalnya.
Belasan tahun kehilangan jejak dan kemudian dipertemukan kembali dengan profile teman-teman lama, tentu membumbungkan rasa rindu. Eitsss, tak ada story mantan di sini. Hahahaha. Lha teman-teman saya mayoritas perempuan. Kaum adam di fakultas kami dulu udah macam raja minyak, dikelilingi cewek-cewek cantik. Dalam satu kelas, dari 30 mahasiswi, mahasiswanya paling banyak hanya 5-8 orang, termasuk dosen. Kelas lain pun sama. Pokoknya dalam satu fakultas, sekitar 85% adalah mahasiswi. Kebayang kan ceriwisnya ciwi ciwi ini.
Saat pertama kali akan minta ijin ikut reuni ke suami, saya sempat deg-degan sebenarnya. Soalnya suami agak cemburuan, dia sering mendengar cerita reuni yang kurang menyenangkan dari teman-temannya. Tapi berhubung teman-teman kuliah saya mayoritas cewek, plus ga punya story dengan mantan, saya akhirnya cuek. Ga bakal ada cerita clbk ini sih, lha ciwi ciwi semua kan. Kalau suami ga ngijinin juga karena rasa was-wasnya yang tinggi, kayaknya musti saya suruh nonton Dilan
"cemburu itu hanya untuk orang yang ga percaya diri. dan sekarang aku sedang tidak percaya diri" (Dilan 1990)
Beda ketika saya minta ijin reuni SMA, keberatannya suami lebih besar. Ya maklum, teman-teman SMA kan lebih heterogen. Sekali aja saya pernah ikut reuni dengan teman-teman SMA yang kebetulan tinggal di Jakarta. Itu saja sudah bikin suami ketar ketir. Makanya saya sampai sekarang belum berani minta ijin untuk ikut reuni perak SMA di Surabaya pada pertengahan Februari ini. Yang deket aja dikhawatirin, apalagi kalo jauh. Hahaha. Ya begitulah kalau punya suami kelewat cinta istrinya, dikekepin mulu, ga boleh jauh-jauh *ehhhh. Disyukuri aja deh *eaaaa
Satu hal yang saya sadari setiap kali reuni. Teman-teman yang sama pada jaman dahulu, mungkin akan jauh berbeda dengan orang yang sama yang kini kita hadapi. Segala proses hidup telah membuat orang yang sama bertransformasi menjadi pribadi yang lebih dewasa, matang, bertanggung jawab, dsb. Orang yang dulu bisa asyik dijadikan teman, sekarang sudah beda lagi feelnya. Interest yang sudah berubah, lingkungan yang berbeda, tujuan yang berbeda, bisa membuat kita pada akhirnya menyadari, kondisinya sudah tak sama lagi seperti dulu.
Teman yang sama, yang dulu bisa jadi asyik, sekarang mungkin kadar asyiknya sudah beda. Lingkaran pertemanan yang sekarang dengan yang dulu mungkin sudah beda karena perbedaan interest, perbedaan gaya hidup, perbedaan kebiasaan, perbedaan tujuan, dsb, dan itu ga bisa dipaksain.
Jujur, walau sekarang saya tergabung dengan teman-teman sekolah di sebuah grup WA,, tapi saya belum bisa lagi menemukan klik. Begitu pun dengan teman-teman saya, tampaknya. Grup cenderung sepi, tak banyak terlontar obrolan. Beda dengan grup blogger yang saya ikuti, hampir tiap hari ada saja diskusi. Karena ya itu tadi, ada persamaan interest.
Saya yakin teman-teman sekolah saya pun merasakan hal yang sama. Mereka masing-masing sudah punya dunia sendiri. Sudah asyik dengan dunianya. So, kalau pun ada reuni, bisa jadi hanya sekedar pengobat kangen "oh, kita pernah sekolah disitu, dihukum guru begini, si anu suka bolos, si inu suka jahil". That's it, pada akhirnya reuni hanya sekedar mengembalikan memori masa sekolah. Ya sometimes berbonus networking sih. Dapat channel baru, koneksi baru. Sometimes secara ga langsung jadi dapat kolega baru?
Cmiiw ya teman-teman, ini mah cuma pendapat saya. Ga tahu kalau pendapat atau pandangan teman-teman. Share yuuk
Ada Dilan di reuni, hihihihi. Kebanyakaaan bakal cerita masa sekarang, apalagi kalau sudah berkeluarga, gak jauh-jauh ceritanya soal anak, kalau saya, Mbak
BalasHapuskalo reuni itu waktunya untuk bernostalgia bersama mba heheheh
BalasHapus