Curhat dan Kesehatan Jiwa

Apa hubungan antara curhat dan kesehatan Jiwa? Ada yang tahu hubungannya?

Pasti lah erat kaitannya ya. Lha wong kementerian kesehatan aja sampai mendorong divisi kesehatan Jiwa untuk menggiatkan kebiasaan curhat.


Pada 4 Oktober 2017 lalu, kementerian kesehatan ikut memperingati Hari kesehatan Jiwa sedunia. Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk merayakannya adalah diadakan Talkshow bertema "Kesehatan Jiwa di Tempat Kerja"

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza, Dr.dr.Fidiansjah, Sp.KJ, MPH menyebutkan, masalah kesehatan jiwa dan kesehatan fisik itu erat kaitannya.



Misalnya saja orang yang mengalami depresi biasanya rentan terkena masalah jantung, diabetes. Bahkan, penderita depresi maternal dapat menimbulkan gangguan tuberculosis atau gangguan tumbuh kembang pada anak. 

Bisa juga terjadi sebaliknya, masalah kesehatan fisik juga bisa berpengaruh ke masalah psikologis, misalnya sakit akut yang tak sembuh-sembuh bisa berujung depresi, dsb.

Hal yang menjadi fokus Kemenkes adalah meningkatnya kasus depresi yang menjadi beban global. Jika pada era 90an, depresi menempati urutan ke 4, maka pada era 2020, WHO memperkirakan akan menjadi urutan kedua, setelah penyakit jantung.

Depresi erat kaitannya dengan kesehatan Jiwa. Divisi Kesehatan Jiwa bertekad untuk menurunkan angka penderita gangguan Jiwa.

Kini, Kemenkes fokus pada Kesehatan Jiwa di tempat kerja. Kenapa?

Pekerja yang sehat, bahagia di tempat kerjanya, akan "membawa" kebahagiaan kepada keluarganya. Keluarga menjadi bahagia dan sehat jiwanya. Sebaliknya, keluarga yang tidak sehat jiwanya, stress di tempat kerja, depresi, akan membawa dampak buruk pula pada keluarga. Suasana keluarga penuh ketegangan, emosi, marah, dsb. Dampak buruknya tentu tidak sehat buat keluarga kan?

Satu hal menarik yang disebutkan dr. fidi "curhat itu penting bagi kesehatan Jiwa. Itu sebabnya kami sarankan kepada beberapa lembaga untuk menghidupkan aaluran komunikasi, membuka layanan konseling"

Waah, menarik donk. Curhat yang keliatannya sepele, yang kadang suka diremehkan, malah jadi salah satu kunci penting dalam meraih kesehatan Jiwa. Wuiiihh.

Sekarang masalahnya, benarkah sekedar curhat biasa, atau curhat yang seperti apa?

Dr.dr Eka Viora, Sp.KJ menyebutkan, curhat penting bagi kesehatan Jiwa. "Bicara lah!" Jangan diam saja. Kebanyakan kasus depresi terjadi pada orang yang tak punya tempat bercerita. Masalahnya disimpan sendiri, stress sendiri, dsb.

Dengan bercerita, curhat, seseorang akan menjadi jauh berkurang bebannya. Bahkan bisa dapat insight dengan bercerita. Kadang ga perlu diberikan jalan keluar, orang yang mengalami masalah ini akan bisa menemukan jalan keluarnya sendiri ketika beban jiwanya berkurang.

Ga heran kalau Kemenkes mulai mendorong beberapa lembaga pemerintah dan institusi untuk menyediakan layanan konseling. Tujuannya agar para pekerja yang membutuhkan, mampu menjadi lebih produktif dan sehat jiwanya.

Pekerja yang stress, penuh beban, tertekan, dsb, akan membawa dampak buruk bagi perusahaan kan? Entah kehilangan waktu produktif, hasil kerja yang tak maksimal, hingga suasana kerja yang kurang menyenangkan. So, urusan kesehatan Jiwa di tempat kerja ini perlu jadi perhatian pemangku perusahaan.

2 komentar

  1. Aku emang mending curhat sih. Ketimbang ditahan terus dan akhirnya jadi jerawat.

    BalasHapus
  2. Curhat memang bagus sih, asal pas tempatnya. :)

    BalasHapus

Komentar anda merupakan apresiasi bagi tulisan saya. Terima kasih sudah berkunjung. Maaf jika komen saya moderasi untuk mencegah pemasangan link hidup dan spam.

Tertarik bekerja sama? Kirim email ke siswadi.maya@gmail.com