Berbagai sosial media menjadi meriah dengan tulisan
Saya Indonesia
Saya Pancasila
Sontak selama sepekan ini, masyarakat Indonesia seolah diingatkan kembali akan hadirnya Pancasila. Seolah diingatkan "hei, kita punya Pancasila". Kita punya Pancasila sebagai pedoman hidup dan bernegara di Indonesia. Pancasila yang susah payah dilahirkan oleh Presiden Soekarno pada 1 Juni 1945.
Pekan Pancasila seakan menyentil "hei, jangan lupakan Pancasila, ayo hidupkan lagi semangat Pancasila"
Rupanya MPR-RI yang menggagas Pekan Pancasila ini. Gebrakan MPR-Ri ini pun sukses membangkitkan semangat kebangsaan.
Sore itu, 5 Juni 2017, saya bersama 100 teman-teman blogger dan netizen, berkesempatan menghadiri acara santai tapi penuh makna "Ngobrol bareng MPR-RI".
Kami begitu excited ketika tahu akan berbincang-bincang dengan dengan Ketua MPR-RI Zulkifli Hasan.
Begitu beliau masuk dan MC menganjurkan untuk foto bersama terlebih dahulu, Netizen pun langsung bersemangat maju ke depan. Bahkan, saking bersemangatnya, banyak yang mencuri kesempatan untuk selfie dan wefie dengan Pak Zul. Rebutan Selfie pun terjadi, hahaha. Tapi Pak Zul sabar banget menghadapi kelakuan para netizen ini. Senyum tak pernah lepas dari bibirnya. Saya yang memperhatikan cuma bisa mengelus dada.
Sore itu, sembari menunggu waktu berbuka, Pak Zul berbicara tentang Pancasila.
Nah lhoo, menyentil banget kan?
Kalau dipikir-pikir iya juga sih. Kemana ya semangat Pancasilanya? Kenapa sekarang menguap. Di sosial media saling serang keyakinan. Saling serang SARA. Saya sampai males buka beberapa sosmed. Males baca status temen yang satu begini, yang lain begitu. Sama-sama kekeuh dengan pendapatnya dan menyerang pendapat teman lain dengan penuh benci. Seolah musuh yang harus dihancurkan. Tak terlihat mereka bersaudara dan berteman.
Apalagi saat memasuki musim pemilihan kepala daerah, mulai deh makin gencar serangannya. Seolah-olah calon pilihannya paling baik dan pasangan lain buruk. Tak cukup berdebat, kampanye hitam pun dijalankan.
Pak Zul menghimbau, jangan karena beda calon pemimpin membuat kita gontok-gontokan. Pilihlah pemimpin yang benar, jangan ada unsur money politic. Jika pemilihan pemimpinnya sudah tidak benar, prosesnya pun akan berjalan tidak benar.
Pak Zul menambahkan, sebagai orang dewasa, hendaknya memberikan contoh pada generasi muda dan anak-anak bagaimana sikap yang baik. Tunjukkan dan ajarkan pada mereka. Walau pun kita berbeda, kita tetap bisa akur, saling mengasihi dan menyayangi, punya toleransi yang tinggi. Tunjukkan pada dunia, Indonesia masih jadi negara yang tinggi toleransinya.
Ahhh, Pak Zul, terima kasih atas insightnya. Mengingatkan saya bahwa negara kita mulai kehilangan nilai-nilai Pancasila. Mengingatkan saya untuk mengajarkan anak-anak tentang pentingnya toleransi.
Senang banget deh ikut acara seperti ini, membangkitkan kembali semangat kebangsaan saya. Semoga next bisa ikut kembali acara diskusi seperti ini.
Yuk ah teman-teman, ingat lah jika kita ini bersaudara, sebangsa, dan setanah air. Walau berbeda-beda, tetap satu. Yuk, tetap jaga persatuan, jauhi sentimen SARA. Jika kita terus saja sibuk berselisih, ingat lah, akan ada yang senang. Banyak bangsa lain yang akan dengan sigap mengambil alih Indonesia yang kaya ini. Mau?
Saya Indonesia
Saya Pancasila
Sontak selama sepekan ini, masyarakat Indonesia seolah diingatkan kembali akan hadirnya Pancasila. Seolah diingatkan "hei, kita punya Pancasila". Kita punya Pancasila sebagai pedoman hidup dan bernegara di Indonesia. Pancasila yang susah payah dilahirkan oleh Presiden Soekarno pada 1 Juni 1945.
Pekan Pancasila seakan menyentil "hei, jangan lupakan Pancasila, ayo hidupkan lagi semangat Pancasila"
Rupanya MPR-RI yang menggagas Pekan Pancasila ini. Gebrakan MPR-Ri ini pun sukses membangkitkan semangat kebangsaan.
Sore itu, 5 Juni 2017, saya bersama 100 teman-teman blogger dan netizen, berkesempatan menghadiri acara santai tapi penuh makna "Ngobrol bareng MPR-RI".
Kami begitu excited ketika tahu akan berbincang-bincang dengan dengan Ketua MPR-RI Zulkifli Hasan.
Begitu beliau masuk dan MC menganjurkan untuk foto bersama terlebih dahulu, Netizen pun langsung bersemangat maju ke depan. Bahkan, saking bersemangatnya, banyak yang mencuri kesempatan untuk selfie dan wefie dengan Pak Zul. Rebutan Selfie pun terjadi, hahaha. Tapi Pak Zul sabar banget menghadapi kelakuan para netizen ini. Senyum tak pernah lepas dari bibirnya. Saya yang memperhatikan cuma bisa mengelus dada.
![]() |
Para netizen berebut foto selfie dengan Ketua MPR-RI |
Sore itu, sembari menunggu waktu berbuka, Pak Zul berbicara tentang Pancasila.
"Benarkah kita ini Pancasila? Jika kita menganut Pancasila, harusnya saling menyayangi dan mengasihi. Bukannya gontok-gontokan dan ribut seperti sekarang"
Nah lhoo, menyentil banget kan?
Kalau dipikir-pikir iya juga sih. Kemana ya semangat Pancasilanya? Kenapa sekarang menguap. Di sosial media saling serang keyakinan. Saling serang SARA. Saya sampai males buka beberapa sosmed. Males baca status temen yang satu begini, yang lain begitu. Sama-sama kekeuh dengan pendapatnya dan menyerang pendapat teman lain dengan penuh benci. Seolah musuh yang harus dihancurkan. Tak terlihat mereka bersaudara dan berteman.
Apalagi saat memasuki musim pemilihan kepala daerah, mulai deh makin gencar serangannya. Seolah-olah calon pilihannya paling baik dan pasangan lain buruk. Tak cukup berdebat, kampanye hitam pun dijalankan.
Pak Zul menghimbau, jangan karena beda calon pemimpin membuat kita gontok-gontokan. Pilihlah pemimpin yang benar, jangan ada unsur money politic. Jika pemilihan pemimpinnya sudah tidak benar, prosesnya pun akan berjalan tidak benar.
Pak Zul menambahkan, sebagai orang dewasa, hendaknya memberikan contoh pada generasi muda dan anak-anak bagaimana sikap yang baik. Tunjukkan dan ajarkan pada mereka. Walau pun kita berbeda, kita tetap bisa akur, saling mengasihi dan menyayangi, punya toleransi yang tinggi. Tunjukkan pada dunia, Indonesia masih jadi negara yang tinggi toleransinya.
Ahhh, Pak Zul, terima kasih atas insightnya. Mengingatkan saya bahwa negara kita mulai kehilangan nilai-nilai Pancasila. Mengingatkan saya untuk mengajarkan anak-anak tentang pentingnya toleransi.
Senang banget deh ikut acara seperti ini, membangkitkan kembali semangat kebangsaan saya. Semoga next bisa ikut kembali acara diskusi seperti ini.
Yuk ah teman-teman, ingat lah jika kita ini bersaudara, sebangsa, dan setanah air. Walau berbeda-beda, tetap satu. Yuk, tetap jaga persatuan, jauhi sentimen SARA. Jika kita terus saja sibuk berselisih, ingat lah, akan ada yang senang. Banyak bangsa lain yang akan dengan sigap mengambil alih Indonesia yang kaya ini. Mau?
Tidak ada komentar
Komentar anda merupakan apresiasi bagi tulisan saya. Terima kasih sudah berkunjung. Maaf jika komen saya moderasi untuk mencegah pemasangan link hidup dan spam.
Tertarik bekerja sama? Kirim email ke siswadi.maya@gmail.com