Menghadapi Anak yang Sedang Demam
Sore itu, sepulang mengajar, Falda menghampiri dan memeluk saya. Saat balas memeluk, kog saya merasa badannya hangat.
“Falda panas ya?” tanya saya sambil meraba dahinya
“Iya, dari tadi pulang sekolah sudah mulai hangat kayaknya, tapi ditahan aja sama dia” sahut si ayah
Untung saat itu sudah jam berbuka, langsung saya minta Falda beristirahat dan minum yang banyak. Sambil menduga-duga penyebab panasnya, saya bertanya-tanya
“apa yang dirasain? Tenggorokannya sakit ga? Falda batuk? Pilek ga”
Dasar ya emak-emak bawel, hahaha. Tapi saya cuma mau memastikan, demamnya karena batuk pilek atau bukan. Kalau batuk pilek, kemungkinan besar cuma virus, bisa home treatment aja. Nah kalau ga ada batpil, brarti kalau panasnya berlanjut hingga 72 jam, saya musti bawa ke lab untuk memastikan penyebabnya.
Agak lega sedikit ketika Falda mengatakan tenggorokannya ga enak dan batuk-batuk. Hm, brarti bukan thypus ataupun Dengue, saya ga merasa terlalu khawatir. Tapi, namanya naluri ibu ya, lihat anak panas semalaman tetep aja deg-degan walaupun sudah melewati proses ini berkali-kali.
Malam itu falda panas tinggi tak turun-turun. Falda kami ungsikan ke kamar agar mudah dipantau. Semalaman saya dan suami saling berjaga dan memeluk Falda. Tiap sebentar kami minta Falda minum untuk menjaga agar tidak dehidrasi. Maklum lah, kalau sedang panas seperti itu kan tubuh butuh cairan lebih.
Entah kenapa menjelang tengah malam saya baru ingat mau memberikan Paracetamol. Eh kog ya ndilalah stok lama sudah tak layak konsumsi saking lama sekali tak pernah digunakan. Kami pun agak-agak ga yakin Falda akan mau meminumnya. Selama ini kalau diberikan Paracetamol, pasti muntah.
Berhubung sudah malam, saya baru keingetan untuk memberikan kompres hangat sebagai salah satu upaya menurunkan suhu tubuh. Akhirnya secara bergantian saya dan suami memasak air dan menempelkan kompres hangat di dahi Falda.
Kompres hangat berguna untuk memberi sinyal pada tubuh bahwa suhu di luar panas sehingga suhu tubuh perlu diturunkan. Memang sih memberikan kompres hangat tak bisa langsung menurunkan, tapi jika konsisten, lama-lama suhu akan menurun.
Tiap sebentar saya mengecek thermometer, menyelipkan di ketiaknya. Mulai suhu 38,3 sampai akhirnya menjelang subuh menjadi 37,1 derajat celsius
Hari kedua Falda masih panas, suhunya masih di kisaran 37-38 derajat Celsius. Saya dan suami meminta Falda untuk tak puasa agar bisa minum lebih sering. Pagi itu saya buatkan bubur dan susu hangat. Untung Falda tak terlalu rewel, susu berhasil habis dan bubur habis sebagian. Tiap 30 menit sampai 1 jam saya selalu mengingatkan Falda untuk minum. Untungnya tiap kali disodorkan segelas air, selalu berhasil dihabiskan. Walau akhirnya jadi berkali-kali buang air kecil, tapi setidaknya cairannya harus terus dijaga agar tak sampai dehidrasi.
Sore itu saya harus menghadiri simposium Dengue Day. Awalnya hampir mau saya batalkan karena Falda masih panas. Tapi, jika tak berangkat, saya tak dapat ilmu dan tak paham tentang Dengue. Padahal bisa saja kan demamnya merupakan gejala Dengue. Akhirnya saya putuskan berangkat dan suami yang berjaga untuk memastikan Falda cukup minum. Untungnya suami sudah tak panik seperti dulu ketika awal-awal kami menghadapi anak demam. Dulu suami yang gampang stres dan selalu kesal jika saya terlihat santai menghadapi anak yang sedang demam. Sekarang, suami sudah lebih santai. Waspada iya, tapi tak lagi panik. Bahkan sudah lebih ahli menghadapi masalah ini :).
Pulang dari simposium, Falda terlihat membaik, walau masih hangat di kisaran 37, tapi masih mau makan dan minum. Dari simposium yang saya hadiri, saya yakin kalau Falda tak mengalami Dengue. Adanya batuk membuat saya yakin. Menurut Prof.Dr. dr. Sri Rejeki yang jadi salah satu pembicara, "jika demam disertai gejala batuk pilek, singkirkan kemungkinan Dengue". Saya akan tulis terpisah tentang simposium ini, panjang kalau saya tulis di sini :).
Alhamdulillah, di hari ketiga suhu Falda menurun dan saya cukup lega karena kondisi Falda berangsur membaik, tinggal batuknya saja. Tampaknya, dua hari kemarin tubuhnya sedang berperang melawan virus :).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Makasih tipsnya mak saya save dan booked mark ah :)
BalasHapusNah, berarti kalau ada gejala lain cukup ga perlu khawatir DBD ya. Sipp noted nih mba, maklum baru aja keluar rumah sakit nih si krucil karena tifus. Jadi masih kebawa parno
BalasHapusMakasih tipsnya Mba.. Pas banget Hasna lagi demam, pilek dia.
BalasHapusTp blm berhasil ngecek suhunya nih.. Berontak. Alhamdullilah baru saja bs tidur
skrg ini sptnya lagi musim batuk pilek mbak, demam juga
BalasHapustipsnya dicatet
yang penting harus cek terus menerus suhu panas nya ya mbak.. dulu pas adikku kecil juga demam tinggi sampai ngigo gitu
BalasHapusKetika anak demam itu rasanya....
BalasHapusTakut pakai banget ya Mbak. Waktu anakku demam dan pilek aku juga berpikir gitu, mbak. Malah jadi agak tenang.
Ketika demam karena gondongan... nah itu, rasanya seperti diremas2 oleh ketakutan sendiri.
TFS Mbak
Ketika anakku panas, obat utamanya juga air mbak, agar dia terus pi dan tidak dehidrasi. Syukurlah Falda sudah sembuh
BalasHapusI feel you deh mbak, deg2an klo anak panas :(
BalasHapusIya ya Mbak, kalo anak sakit, kita orang tuanya yang panik. Takut ada apa-apa. Untunglah Falda udah semakin membaik ya...
BalasHapusSkrng kalau anak kena batpil tapi gak kunjung demam malah saya yg panik hihihi
BalasHapusbtw Falda usia brp skrng mbak?
Benar mbak, anakku yg DBD nggak ngeluh batuk pilek atau radang tenggorokan. Yang dia keluhkan punggung dan leher sakit.
BalasHapusberarti kalau sudah ada tanda2nya, sebisa mungkin utk bersikap tenang dalam menangani masalah demam dbd trsebut ya mbak. hheee
BalasHapus