Seringkali saya menyepelekan masalah batuk. Ga pernah mau belajar lebih banyak. Merasa udah cukup tahu dari apa yang sudah pernah saya pelajari. Padahal yang saya pelajari itu baru seujung kuku aja. Selama ini saya percaya bahwa batuk itu paling banter disebabkan oleh virus dan akan sembuh sendiri.
Pada hari Kesehatan Nasional ke 51 di bulan November 2015 lalu, saya mendapat pemahaman tentang batuk dari Dr. Purnamawati, Sp. A(K). Menurut Dr Wati, demikian beliau biasa dipanggil, batuk adalah mekanisme tubuh dalam melindungi paru-paru dari menumpuknya lendir.
Baca : Batuk, flu, diare, perlukah antibiotik?
Jadi, si batuk ini terjadi karena tubuh berusaha menghindarkan paru-paru dari tumpukan lendir. Itu sebabnya kita batuk-batuk. Nah, lendir ini muncul dalam upaya membungkus kuman supaya keluar dari tubuh. Normalnya sih batuk yang disebabkan virus akan sembuh dalam 4-5 hari. (sumber : http://www.cdc.gov/getsmart/community/materials-references/print-materials/parents-young-children/runny-nose-faqs.html)
Selain disebabkan oleh virus, ada pula batuk yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri ini tak bisa dianggap sepele. Batuk yang disebabkan oleh bakteri, tidak bisa didiamkan. Menurut Dr Hari Paraton, SpOG (K), bakteri akan menggerogoti sel-sel tubuh, merusak dan menyebabkan sakit yang berkepanjangan. Pada saat inilah tubuh memerlukan antibiotik.
Baca : Kapan perlu antibiotik?
Wawasan saya makin bertambah ketika mengikuti workshop singkat tentang TB pada peringatan hari TB sedunia, 24 Maret 2016 lalu. Kembali saya memahami bahwa batuk tak hanya disebabkan oleh virus.
TB alias Tuberkulosis (dulu dikenal dengan istilah TBC) merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman bernama Mycobacterium Tuberculosis. Menurut Dr. Asik Surya, MPPM yang merupakan salah satu pelaksana program TB Nasional, umumnya kuman TB akan menyerang paru, walau pada beberapa kasus ditemukan juga pada bagian tubuh lainnya seperti tulang, kelenjar, kulit, dsb.
TB menular langsung melalui udara dengan sumber penularan adalah dahak penderita. Oleh karena itu, untuk mencegah penularan TB, baik penderita maupun orang yang biasa kontak dengannya perlu menggunakan masker.
![]() |
Sumber penularan TB |
Kapan perlu curiga jika seseorang menderita TB?
Gejala TB yang perlu diwaspadai -materi Dr. Telly |
Menurut Dr. Telly Kamelia, SpPD,KP, spesialis Pulmonology RS Dr. Cipto Mangunkusumo, beberapa gejala berikut bisa diwaspadai sebagai gejala-gejala yang menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi kuman TB
1. Gejala utama
Batuk yang tak sembuh selama 2-3 minggu
2. Gejala tambahan
- dahak bercampur darah
- batuk darah
- sesak napas
- nyeri dada
- badan lemah
- nafsu makan menurun
- berat badan turun
- berkeringat ketika malam
Ketika menjumpai gejala-gejala tersebut, perlu curiga dan waspada jika seseorang telah terinfeksi kuman TB. Segera konsultasi ke dokter, agar bisa dilakukan tindakan. Jangan ditunda.
Jika tidak mendapatkan treatment yang baik, kuman TB akan menggerogoti tubuh penderita dan berakibat pada kematian atau menulari orang lain tanpa disadari.
Bagaimana membedakan batuk yang disebabkan oleh kuman TB dan alergi?
Pertanyaan ini saya lontarkan pada Dr. Telly supaya lebih paham dalam mengenali gejala-gejala TB. Pada beberapa kasus, batuk berkepanjangan memang bisa disebabkan oleh alergi. Tapi, batuk yang disebabkan oleh alergi, bisa hilang ketika sumber alerginya dijauhkan. Namun, batuk yang disebabkan oleh kuman TB, tidak demikian.
Dr. Telly menekankan, secara kasat mata, sulit membedakan batuk yang disebabkan oleh alergi atau kuman TB. Jika mau aman, lebih baik segera datangi fasilitas kesehatan terdekat untuk memastikan penyebab batuk yang dialami selama 2-3 minggu lebih.
Pengobatan TB
Penderita TB harus menjalani pengobatan dengan antibiotik yang telah ditentukan selama 6 bulan, tiap hari tanpa putus! Ingat, jika ingin benar-benar sembuh, minum obat TB haruslah mematuhi jadwal. Tidak boleh terlewat satu hari pun atau putus di tengah jalan. Tak boleh kurang dari 6 bulan!
Mengapa demikian?
Bakteri TB adalah bakteri yang dapat menjadi resisten terhadap antibiotik. Oleh sebab itu, pengobatannya harus dilakukan terus menerus selama minimal 6 bulan.
Sekali saja terlewat atau putus obat, bakteri akan menjadi resisten, membangun kekebalan, sehingga tak lagi mampu diatasi dengan antibiotik yang sebelumnya dikonsumsi. Jika begini, pengobatan akan diulang dari awal dengan menggunakan antibiotik jenis baru dengan dosis lebih tinggi.
Sharing Mantan Penderita TB
Diva, anggap saja namanya begitu, salah satu anggota komunitas PETA (Pejuang Tangguh) TB yang pernah mengalami berbagai tahap pengobatan TB akibat putus obat.
Menurut cerita Diva, pada pengobatan TB tahap pertama, ia berhasil meminum obat dengan disiplin hingga 5 bulan pertama. Walau sempat mengalami mual, muntah, dan berbagai efek samping tak mengenakkan, Diva berhasil melaluinya. Tapi inilah sumber petaka pertamanya. Diva merasa sehat, berat badannya naik dan ia pun memutuskan berhenti meminum obat sebelum tuntas 6 bulan!
Sharing dari mantan penderita TB |
Kekuatan harapan untuk sembuh dan keinginan untuk tidak kembali terjangkiti TB membuat Diva terus berupaya menguatkan diri untuk menuntaskan pengobatan selama jangka waktu yang ditentukan.
Inilah yang perlu diperhatikan betul oleh penderita dan keluarga yang ikut merawat. Bantu penderita agar menuntaskan pengobatan pada tahap awal terkena. Dengan penuntasan pengobatan tahap pertama selama minimal 6 bulan tanpa putus, pasien TB bisa sembuh.
Yuk bantu putus mata rantai TB dengan mengenali gejalanya, membawa ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan penanganan hingga tuntas.
sumber bacaan lain yang bisa dibaca :
http://www.cdc.gov/Features/TBsymptoms/index.html
harus care juga di lingkungan sekitar ya mbak kalau ada yg batuk berkepanjangan
BalasHapusHarus peka sama yang batuk neh.
BalasHapusIlmu banget neh mak postingannya.
Penyakit yang serem. Dan aku punya teman yang mengindap penyakit batuk ini. Kalau batuk tidak ada hentinya. Sampai badannya kurus kering.
BalasHapus