Sebuah Pilihan Sulit...#LoveStory5
Jantung saya berdegup kencang ketika H meminta bertemu papa.
Haduh, bagaimana ini. Saya ga tahu musti ngomong apa. Saya ga biasa ada di situasi seperti ini. Rasanya mau kabur saja.
Untungnya, begitu membuka pintu masuk, saya tidak melihat papa di ruang keluarga. Fiuuuh. Lega. Papa pasti sudah masuk kamar. Siap-siap tidur. Papa memang tak pernah tidur di atas jam 9.
Saya persilahkan pria ini duduk di ruang tamu. Saya ajak ngobrol sebentar untuk mencairkan suasana, lalu langsung bergerak ke dapur.
"saya buatkan minum sebentar ya"
H sudah bermaksud mencegah, tapi saya sengaja mempercepat langkah.
Selama di dapur, perasaan gelisah terus mendera. Saya bingung harus ngomong bagaimana. Bagaimana cara bicara sama papa andai pria ini masih meminta berkenalan dengan beliau. Minuman yang hendak saya suguhkan pun mungkin menjadi tak jelas rasanya. Sepanjang teh itu jadi, pikiran saya terus berputar.
Saya kuatkan mental dan berusaha menahan diri untuk bisa terlihat wajar di depan pria ini. Jangan sampai ia tahu dan geer kalau sepanjang hari saya terus berdebar-debar dan berkeringat dingin. Tangan yang terus menerus berair, saya sumpal menggunakan tisue.
"silahkan diminum mas"
"terima kasih"
Suasana menjadi agak kaku, saya masih didera perasaan khawatir. Pria ini dengan santai menyeruput teh yang saya buat
"ga terasa, sudah malam ternyata yaa, saya mau pamit. Papa kamu sudah tidur?"
"belum tahu"
"kalau belum, saya mau pamit, bisa?"
"nanti aku pamitin deh"
"ya ga enak lah, sudah bawa anak gadisnya jalan masa pulangnya ga pamit langsung"
Oh gosh, cobaan apa pula ini. Orang baru kenal kog sok akrab mau ketemu papa.
Saya agak enggan mengenalkan pria ini ke papa. Saya belum kenal betul siapa dan bagaimana orang ini. Apa yang musti saya jawab kalau papa tanya macam-macam?
Tapi demi sopan santun, walau masih merasa berat, saya ketuk juga pintu kamar papa pelan-pelan, khawatir papa sudah terlelap.
"Pa, ini temen Maya mau pulang"
Papa membuka pintu kamar dan terlihat mengernyitkan dahi. Saya berusaha menundukkan wajah dan menghindari tatapan mata papa yang tajam. Papa pun beranjak ke arah ruang tamu
"om, maaf malam-malam mengganggu, saya mau pamit. Maaf kemaleman antar Maya"
"Oh ya, gapapa. makasih ya udah anterin Maya pulang"
"Iya oom, terima kasih juga"
Pria itu pun berlalu setelah saya mengantarkannya sampai pagar.
"Makasih ya May udah mau jalan, sampai ketemu"
Saya tak menjawab, hanya mengangguk dan tersipu *aissshh
Saya tatapi kepergiannya hingga terlepas dari pandangan. Pelan-pelan saya masuk. Berharap semoga papa sudah kembali masuk kamar.
Syukurlah do'a saya terkabul dan saya bisa tidur nyenyak malam itu. Saya bisa sedikit lega terlepas dari rasa khawatir yang ternyata cuma ada di dalam bayangan.
Tapi rupanya dewi fortuna tidak berpihak pada saya. Beberapa hari setelahnya, sambil makan bersama, papa membombardir dengan pertanyaan yang membuat saya nyaris tersedak.
"Laki-laki yang kemarin nganterin kamu itu siapa? Temen? Tinggal di mana? Ada hubungan apa kamu sama dia?"
"Oh, itu mas H, tinggalnya deket sini. Papanya ketua RW di jalan sana"
Saya sengaja menjawab seadanya untuk mengalihkan perhatian. Semoga papa lupa apa yang tadi ditanyakannya.
"oh, anaknya Pak W?"
"iya, papa kenal?"
"kenal sama orang tuanya sih, pernah ketemu beberapa kali acara senam dan yayasan"
Wah, takjub juga dengan penjelasan papa. Kog papa kenal sama orang tuanya, saya sendiri sebagai anak malah ga pernah kenal? Yayaya. Ini memang sebuah kebetulan yang aneh. Saya anggap pria ini adalah orang asing karena memang baru beberapa kali bertemu di jalan. Benar-benar di jalan. Di angkot, di bus, dan sekali di mobil.
Baca #LoveStory4
"Ada hubungan apa kamu sama H"
Deg
Pertanyaan ini yang saya takutkan. Saya berusaha menghindar dari pertanyaan ini. Tapi tampaknya saya tak bisa mengelak lagi :(
"hm, ga ada hubungan apa-apa sih, baru ketemu beberapa kali"
"ohh, papa pikir ada hubungan khusus"
Deg lagi
Dalam hati saya berteriak "iyaa, mudah-mudahaaann, pengeen"
"Beneran kamu ga ada hubungan apa-apa? Kog kayaknya seperti ada sesuatu"
"ehm..ehmm..."
Saya diam tak menjawab, hanya menundukkan kepala dalam-dalam sambil memilin-memilin ujung taplak meja dan menggoyang-goyangkan kaki.
Mama yang sedari tadi menyimak, tiba-tiba mengeluarkan pertanyaan yang bagai petir di siang hari.
"Hubungan kamu sama MH bagaimana? Kog mama jarang lihat?"
"iya, papa juga ga pernah lihat dia ke sini lagi, kamu masih berhubungan sama dia kan?"
"masih sih, tapi memang dia jarang ke sini. Katanya sih mau training ke Korea"
"kelanjutannya hubungan kamu sama dia bagaimana?"
"saya juga ga tahu?"
"lah, trus bagaimana donk?"
Terus terang, saya selalu menghindar pertanyaan ini ditanyakan oleh papa dan mama. Saya sendiri tak tahu jawabannya. Saya tak mau melibatkan papa mama dalam kepusingan ini.
Bersambung #LoveStory6
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
wah masih bersambung...;)
BalasHapusjadi sebenrnya ada apa ya
BalasHapusIni kisah nyata kayanya ya xixixi
BalasHapus