Menghapus Kenangan Buruk, Mungkin kah?
Beberapa waktu lalu saya menulis status di facebook tentang bagaimana memori jangka panjang manusia bekerja dalam menyimpan sebuah kenangan.
Dalam status tersebut saya tuliskan tentang mekanisme penyimpanan dendam.
"Menyimpan dendam pada seseorang, sama saja dengan memasukkan memori tentang orang tersebut ke dalam memori jangka panjang (LTM).
Semakin sering mengingat semua rasa kesal dan marah pada orang tersebut, semakin dalam memori itu tersimpan karena terus menerus diulang (rehearse) dan dipanggil (retrieve).
Sama halnya dengan menyimpan memori tentang kesenangan.
Begitukah proses kognitif kita bekerja"
#MayaSiswadi'sQuote
Status yang terinspirasi saat memberikan mata kuliah Psikologi Kognitif beberapa hari sebelumnya.
Saya jadi teringat bagaimana orang yang terbiasa mendendam sebenarnya sedang menghabiskan energi. Semakin sering mengingat dendamnya, semakin dalam ia memasukkan kenangan itu ke dalam memorinya. Alih-alih berkurang, yang ada malah akan semakin kesal. Benar ga?
Lantas bagaimana donk menghapus bad memory tersebut? Itu pertanyaan yang diajukan di status saya tersebut.
Memang ga mudah sih menghapus sama sekali kenangan buruk yang menyakitkan tentang seseorang. Karena kuatnya perasaan akan ikut membangun kekuatan memori.
Tak ada cara yang benar-benar manjur kecuali memudar seiring berjalannya waktu. Itu pun tidak benar-benar hilang, akan tetap meninggalkan jejak-jejak memori yang bisa saja suatu saat terlacak dan bangkit kembali.
Cara mudah mungkin bisa aja saya katakan "ya lupain aja, ngapain susah-susah"
Duuh, ga berempati banget yaa saya ini.
Tapi baiklah, saya coba sarankan beberapa tips yaa.
Perbanyak kegiatan
Ini cara termudah yang bisa saya sarankan.
Kenapa?
Berdasar kapasitas memori yang terbatas dalam mengingat, tak semua hal mampu diingat manusia. Akan terjadi seleksi dalam pemilihan memori yang akan dimasukkin ke dalam memori jangka panjang.
Beberapa informasi akan terus menerus tersimpan selagi sering diulang-ulang. Itu sebabnya anak-anak disuruh belajar kan? Maksudnya supaya semakin lama info itu tersimpan.
Selagi jarang dipanggil dan diulang, memori tersebut akan hilang digantikan memori lain yang menanti untuk disimpan juga.
Seiring waktu dan semakin banyak info yang antri untuk masuk ke memori jangka panjang, akan memaksa memori-memori yang tak terpakai untuk dibuang ke luar.
Naahh, ini lah yang saya maksud dengan perbanyak kegiatan, agar semakin banyak info masuk yang mendesak dan memaksa info tak berguna untuk keluar. Info-info baru akan menggantikan memori lama.
Lepaskan emosi
Cara berikutnya yang bisa dicoba adalah dengan melepaskan semua emosi. Tak perlu ditahan-tahan. Luapkan dengan cara aman nyaman semua emosi. Jika memang perlu menenangkan diri dan menyeruput secangkir coklat panas, lakukan.
Jika ingin menangis, luapkan semua. Jika ingin marah, luapkan saja, tapi tetap terkontrol.
Biasanya setelah semua emosi dikeluarkan, seseorang akan merasa lega dan akhirnya bisa berpikir lebih jernih dan secara tak langsung membuang semua emosi.
Selamat mencoba
Dengan berbuat lebih baik dan tidak melakukan hal hal buruk lagi itu kali ya mbak ( taubat ) :-)
BalasHapusharus dari diri sendiri ya mbak gak bakal bisa menghapus kalau diri diri sendiri selalu menolak
BalasHapusBoleh milih menyeruput secangkir kopi, nggak, Mak?
BalasHapus*nawar*
jangan dihapus donk. dijadiin pembelajaran saja
BalasHapusjadi jangan sering dipanggil itu memori ya..tapi kalau di alam sadar sudah jarang memanggil, tiba-tiba dalam alam bawah sadar alias mimpi, kok terlintas terus jadi keingetan lagi pas bangun. Sedih ya..heheee. Makasih sharingnya Mbak
BalasHapus