Kapan Perlu Antibiotik? Pada postingan Batuk, muntah, diare, Perlukah Antibiotik?, saya menjelaskan tentang batuk dan diare tak berdarah yang tak memerlukan antibiotik karena umumnya disebabkan oleh virus yang tak bisa dibasmi oleh antibiotik dan akan sembuh sendiri.
Nah, ternyata dari postingan tersebut muncul lagi pertanyaan, "Kapan antibiotik diperlukan?"
Sebelum saya bahas, saya ulas lagi tentang bakteri ya. Berdasar paparan dr. Hari Paraton, SpOG(K), Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA), Kemenkes, dokter spesialis kandungan di RSUD Soetomo Surabaya, yang khusus datang menjadi salah satu pembicara dalam acara "Pencanangan Sosialisasi Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (GeMa CerMat)" yang dibuka secara resmi oleh Ibu Menteri Kesehatan, Nila Moeloek, pada 27 November 2015 lalu.
Jadi, di dalam tubuh manusia itu, terdapat 90 trilyun bakteri, jauuuhh lebih banyak dibanding jumlah sel manusia yang "cuma" 10 trilyun. Lebih banyak bakteri kan?
Jangan khawatir, dari sekian banyak bakteri tersebut, bakteri baik jumlahnya lebih banyak.
Bakteri baik mempunyai tugas
memecah protein,
mencerna makanan,
merangsang pembentukan antibodi, menghambat pertumbuhan bakteri jahat dan jamur,
Dan membentuk Vit K dan B.
Ikut musnah!
Begitulah mekanisme antibiotik, memberantas semua bakteri, baik bakteri jahat, maupun bakteri baik. Jadi bumerang kan?
Itu sebabnya, pemakaian antibiotik harus benar-benar tepat, cuma kalau perlu aja dan harus dengan resep dokter. Salah-salah dapat berujung pada kematian, karena sang bakteri jahat akhirnya resisten.
Bakteri jahat ini super pintar, ketika mendapat serangan antibiotik, akan berusaha membangun kekebalan dan resistensi. Semakin diserang, makin resisten. Sampai pada ujungnya, tak ada lagi antibiotik yang sanggup menangani karena bakteri terus mencari cara membangun resistensi.
Sementara, pengembangan antibiotik sudah berhenti lama, sudah tak ada lagi antibiotik terbaru sejak 1980an *cmiiw.
Soo, bijak dalam menggunakan antibiotik ya teman. Jangan dikit-dikit antibiotik, nanti lama-lama bakteri yang ada di tubuh jadi resisten. Akibatnya, ketika operasi malah sulit, tak ada antibiotik yang berfungsi karena bakteri yang ada di tubuh sudah resisten.
Seperti yang diceritakan dr Hari. Di RS dr Soetomo Surabaya, seorang anak usia 1,5 tahun akhirnya meninggal karena tubuhnya sudah resisten antibiotik. Tak ada lagi antibiotik yang mampu melawan bakteri patogen yang merusak tubuhnya.
Ada banyak penyakit dan tindakan yang tak memerlukan antibiotik lhoo. Kalau yang penyebabnya virus macam flu, pilek, diare, cacar, campak, hingga demam berdarah tak perlu antibiotik. Bisa sembuh sendiri dalam waktu 4-5 hari. Sabar saja menunggu proses. Cukup home treatment aja. Perbanyak minum dan istirahat yang cukup.
![]() |
Beberapa penyakit dan tindakan yang tak memerlukan antibiotik |
Bahkan, setelah operasi saesar pun tak perlu minum antibiotik setelahnya. Pada beberapa tindakan operasi, antibiotik hanya diperlukan sesaat sebelum operasi. Pasca operasi sudah tidak perlu antibiotik lagi, cukup anti nyeri saja jika memang benar-benar diperlukan.
![]() |
Beberapa tindakan operasi yang tak memerlukan antibiotik |
Kadang ada yang tak sabar menunggu proses penyembuhan flu atau batuk lalu datang ke dokter A, eh 2 hari ga sembuh, trus ke dokter B dan sembuh di hari ke empat. Lalu langsung meyakini kalau dokter B hebat dengan obat yang manjur. Padahal, bukan karena dokternya yang hebat atau obatnya yang paten, tapi memang sudah waktunya sembuh.
"Proses penyembuhan biasanya 4-5 hari" papar dr Hari.
Kapan perlu antibiotik?
![]() |
Begitukah ilustrasi bakteri jahat merusak tubuh (dok. Pribadi) |
Bakteri jahat bekerja seperti racun dan merusak. Bakteri ini akan merusak sel-sel di tubuh manusia dan menyebabkan terjadinya infeksi. Pada saat terjadi infeksi, baru lah tubuh memerlukan antibiotik. Misalnya saat mengalami infeksi saluran kemih (ISK).
Tapi ingat, pastikan dulu jelas indikasi medisnya yaaa. Jangan mau diberikan antibiotik begitu saja tanpa indikasi medis yang jelas.
Saat tubuh demam dan tidak membaik setelah hari ke empat, barulah datang ke dokter dan bisa diperiksa secara akurat, apa masalahnya.
Periksa darah! Cek dan datang ke laboratorium.
Eittsss, tapi jangan salah juga, bayi baru lahir atau ibu yang baru melahirkan, kadar leukositnya bisa jadi melebihi normal. Tak perlu khawatir, mekanisme tubuh memang bekerja seperti itu pada kondisi tersebut, jadi tak perlu antibiotik.
Sudah jelas yaa, kapan perlu antibiotik dan kapan sebaiknya menunggu penyakit tersebut sembuh sendiri karena tak perlu obat apa pun?
Yaaa, kalau radang-radang dikit dan mau melegakan tenggorokan, bisa lah minum wedang biar agak enakan. Ga perlu antibiotik. Karena radang tenggorokan bukan infeksi lohh menurut dr. Hari, jadi, ga perlu Obat yaa sodara-sodara.
Yuukk, mari Cerdas dan Bijak Menggunakan Obat. Silahkan baca-baca fanpage Cerdas Gunakan Obat atau twitter @gemacermat untuk info Kesehatan resmi dari Kementerian Kesehatan.
Mbak maya ngeri bgt ternyata ya kalau gak cerdas gunain obat.... Aku beruntung bgt rasanya bs hadir di acara ini...
BalasHapusSaya biasanya tanya cucu yg dokter jika sakit. Jika dia rekomendasi antibiotik maka saya minum.
BalasHapusTerima kadih pencerahannya
Salam hangat dari Surabaya.
mengkonsumsi obat, apalagi obat yang bisa dibeli sendiri di apotik harus cermat ya. Apalagi jika mengkonsumsi antibiotik, jadi kudu cermat nich
BalasHapusSebenarnya pengetahuan seperti ini perlu disebarkan keseluruh masyarakat yg di pelosok ,karena mereka2 itulah yg kurang paham ttg obat.
BalasHapus