Ketika Anak Belajar Memanipulasi Orang Tuanya

Ketika Anak Belajar Memanipulasi Orang Tuanya. Hehhh? Anak belajar manipulasi? Masa iya, anak-anak masih kecil sudah belajar manipulasi? Nahhh yaaa, yang ga tahu selama ini mungkin sudah sering dimanipulasi anak, hahahaha.

Topik bahasan ini saya angkat ketika sedang menerangkan kepada mahasiswa tentang mekanisme proses belajar pada seorang anak. Bagaimana proses kognitif yang terjadi ketika seorang anak sedang mempelajari sesuatu, termasuk manipulasi. Topik yang terlihat sederhana, tapi sebenarnya cukup rumit. Nyatanya butuh hampir 2 jam untuk menjelaskannya disertai contoh nyata yang biasa terjadi agar lebih mudah dipahami.

Anak-anak, walaupun masih kecil dan terlihat polos, tapi mereka menyimpan banyak memori dan merekam berbagai peristiwa sebagai pengalaman belajar yang didapat melalui interaksinya dengan orang dewasa.

Pernah mengalami atau melihat anak yang ngambek, temper tantrum, menangis, marah-marah, atau mengamuk untuk mendapatkan apa yang ia mau? Atau mungkin pura-pura sakit atau terlihat tak berdaya untuk menghindari tugas? Atau berakting seolah menjadi "korban" yang perlu dibela atau dikasihani?


Nah-nah, mulai ingat?

Anak-anak belajar melalui pengamatan akan reaksi lingkungannya. Bagaimana reaksi orang dewasa di sekitarnya ketika ia melakukan sesuatu. Kalau dalam istilah Psikologi, ada rumus S-R, Stimulus - Respon. Ketika sebuah stimulus atau rangsangan diberikan, respon seperti apa yang didapatkan dari pemberian stimulus tersebut. Menurut para tokoh Behaviorist, melalui rumusan inilah anak belajar.

Ketika anak menginginkan sebuah mini drone misalnya, apakah orang tua akan memberikan begitu saja?

Atau, mari kita kembalikan ingatan ke masa anak-anak masih kecil, usia 1-3 tahun. Ketika mereka meminta permen (Stimulus dari anak), apakah orang tua akan memberikan? Jika orang tua tidak memberikan (Respon orang tua), kemungkinan besar reaksi berikut anak akan mencoba memanipulasi dengan cara menangis (stimulus berikutnya dari anak), anak akan menanti respon berikutnya dari orang tua, apakah orang tuanya akan luluh melihat tangisannya, atau tidak? Jika orang tua tetap menolak (respon kedua dari orang tua), anak kemungkinan akan melakukan aksi berikutnya. Ibarat orang mau perang nih, kan ada rencana A, rencana B, atau rencana cadangan C. Nah, anak pun sama, punya banyak strategi ;).

Lanjut rencana berikutnya, apa yang akan dilakukan anak? Anak akan putar otak untuk kembali memanipulasi orang tuanya. Kali ini mungkin akan mengambil langkah yang lebih ekstrim, marah atau mengamuk! (Stimulus berikutnya dari anak) Anak akan menanti Respon dari orang tuanya. Ketika ini terjadi,  ada berbagai macam perasaan yang berkecamuk dalam pikiran orang tua toh? Mulai ga tega, kasihan, sedih, khawatir, dsb. Tapi percayalah, anak sedang belajar memanipulasi Anda!! Jika pada tahap ini orang tua kalah perang dan memilih menyerahkan permen pada anak, maka anak sudah belajar satu hal baru. Orang tua ku akan mudah dibujuk jika aku mengamuk!

Masing-masing orang tua tentu punya kebijakan berbeda-beda, ini tak bisa dipaksakan. Tapi  sekali sudah punya aturan, konsisten lah dengan keputusan tersebut!! Jangan berubah! Agar tidak mudah diperdaya anak. Jelaskan pada anak alasan Anda mempunyai aturan itu, kenapa anak perlu mengikuti aturan.

Sekali anak melihat peluang orang tuanya akan luluh dengan berbagai upaya manipulasi yang dilakukannya (mulai ngambeg, menangis, marah, mengamuk, membuat orang tua merasa bersalah atau kasihan), maka anak akan kembali menggunakan cara-cara tersebut, yang sudah terbukti berhasil memanipulasi.

Eitttss, jangan sangka anak hanya akan memanipulasi orang tuanya saja. Jika mereka tidak melihat peluang berhasil pada orang tuanya, maka ia akan mencari celah untuk memanipulasi orang dewasa di sekitarnya. Bisa ooom, tante, pakde, budhe, kakek, nenek, atau teman ayah atau bundanya? Ahaayy ;).

Pintar-pintar dan jeli lah menangkap apa yang sebenarnya ia butuhkan yaaa. Karena apa yang diminta anak, tak selalu apa yang sebenarnya ia butuhkan. Jangan sampai tertipu oleh tingkah manipulatifnya :)

Lantas bagaimana agar anak tidak menggunakan cara-cara negatif untuk mendapatkan apa yang ia mau?

Nantikan di postingan saya berikutnya yaa (Bersambung)

17 komentar

  1. Ahhh bikin penasaran...anak saya yang kedua suka gitu kayaknya...solusinya kalau lagi enak perasaan saya dan lg ga sibuk segera mengialihkan perhatiannya. Kalo lagi riweh, suka ga sabaran. Akhirnya dibeliiin aja yang dia sukai. Untungnya mintanya ga macam2. Tetapi kadang kl lagi cape, suka rada marahin sih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Brarti anaknya pinter, udah tahu kapan saatnya ibu bisa dimanipulasi ;)

      Hapus
    2. Brarti anaknya pinter, udah tahu kapan saatnya ibu bisa dimanipulasi ;)

      Hapus
  2. Menarik...ditunggu artikel lanjutannya...mba Maya

    BalasHapus
  3. Menarik, Mba. Aku pernah mengalami. Ditunggu postingan berikutnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rasanya banyak juga orang tua yang mengalami yaaa :)

      Hapus
    2. Rasanya banyak juga orang tua yang mengalami yaaa :)

      Hapus
  4. manipulatif kadang g boleh terkecoh sama ide mbak...jadi tetep kudu diarahin yak

    BalasHapus
  5. Iya nih harus waspada.

    Ga baik juga ya kalau anak sering melakukan hal itu.

    BalasHapus
  6. Iya, anak-anak zaman sekarang makin pinter.Jangankan yg udah gede, anakku yg 3 tahun aja, kalo ada maunya, pasti deh ada aja caranya. Kita kudu pinter-pinter ngarahin dan menyikapinya....

    BalasHapus
  7. kalo di rumahku, yg hobi memanipulasi justru anak 'tertua' alias ibu saya yg sudah sepuh. mungkin krna sifat manula yg kembali jd anak2 ya :)
    ditunggu postingan selanjutnya

    BalasHapus
  8. nah itu saya masih perlu belajar banyak nih, kadang kalah sama Alfi yang lagi tantrum, dia bisa mengatur mamanya ketimbang mamanya mengatur dia hadeeuuh

    BalasHapus
  9. Iya suka ngerasa waktu kecil berusaha memanupulasi orang tua :))) ^^b

    BalasHapus

Komentar anda merupakan apresiasi bagi tulisan saya. Terima kasih sudah berkunjung. Maaf jika komen saya moderasi untuk mencegah pemasangan link hidup dan spam.

Tertarik bekerja sama? Kirim email ke siswadi.maya@gmail.com