Digital marketing yang berbiaya rendah mulai dilirik banyak brand sebagai strategi marketing. Mulai banyak yang sadar kekuatan pengaruh sosial media dalam mempengaruhi keputusan membeli dan merubah perilaku konsumen. Sosial media bisa menciptakan efek viral yang luar biasa yang dapat mendorong dan menggerakkan seseorang untuk membeli atau melakukan sesuatu.
Seseorang yang tadinya mungkin tak tertarik membeli suatu produk, pada akhirnya bisa jadi tergoda untuk mencoba karena membaca banyak yang sudah merasakan kelebihan produk tersebut dan membicarakannya di sosial media.
Contoh paling mudah ya keripik mak Icih atau Holycow Steak, tahu kan bagaimana kedua produk ini akhirnya booming?
Tak heran banyak bermunculan para buzzer di twitter untuk memunculkan efek viral. Atau di Instagram muncul para endorser. Mereka semua diharapkan menjadi influencer yang mampu mempengaruhi perilaku konsumen, mengubah mind set, hingga mempengaruhi keputusan membeli.
Berbahagialah para blogger dan penggiat sosial media. Semakin banyak brand yang akan lebih memilih membayar blogger untuk mereview dan menceritakan produknya ketimbang membuat dan memasang iklan puluhan juta.
Andai nih, membayar 1 blogger antara 500 ribu - 1 juta untuk mereview 1 produk. Jika ada 20 orang blogger yang mendapat job review, paling mahal baru 20 juta. Masih lebih murah ketimbang membuat iklan, membayar model dan memasangnya di media massa yang umumnya akan menghabiskan biaya hingga ratusan juta.
Kelebihan menggunakan blogger, biasanya mereka juga penggiat sosial media. Seorang blogger yang menulis review produk di blog atau website pribadinya, umumnya akan membagikan tulisan tersebut di sosial media untuk memberikan lebih banyak manfaat kepada lebih banyak pembaca.
Sarana promosi yang keren kan? Diulas di blog, lalu dipromosikan secara pribadi oleh para blogger di sosial media pribadi miliknya, dengan basis massa mereka sendiri.
Buat para produsen yang mau mencoba strategi digital marketing dan ga mau repot mencari sendiri para buzzer, bisa menggunakan jasa PR communication atau para agent buzzer semacam sociabuzz atau idblognetwork.
Agen-agen ini biasanya mempertemukan para pengiklan dengan publisher atau influencer yang sesuai. Bukan hanya produsen saja yang bisa mendaftar, para calon buzzer macam blogger dan penggiat sosial media juga bisa mendaftar di sociabuzz.Setidaknya ada 5 hal yang disampaikan Robert AB, Dosen Marketing Strategist Binus International, tentang branding, saat sosialisasi portal serempak.or.id di kantor kementerian pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, 29 Juni 2015 lalu.
1. Samakan konsep, harga, produk, kualitas untuk semua portal, baik online atau offline. Jangan sampai deh ga kompak antara CS dengan keterangan ketentuan berlaku di online. Jangan sampai deh kualitas barang beda antara online dan offline. Duuuhh yang ini fataal akibatnya! Ingat, sekarang jaman digital media. Semua orang bisa bicara apa aja di social media, mulai produk bagus yang mereka sukai hingga produk buruk yang mereka komplain :). Sekali cacat di sosial media, akan selamanya dikenang orang.
2. Buat sesuatu yang beda. Buat pembeda dengan produk lain. Tonjolkan kelebihan. Apa yang membuat produk kita beda dibanding yang lain? Produk yang beda akan lebih mudah diingat dibanding produk kebanyakan. Misalnya nih, saya mau jual power bank. Power bank kan udah umum. Tapi saya punya solar power bank yang beda dibanding power bank lain.
3. Terus ciptakan inovasi dan berbagai promosi menarik untuk menumbuhkan ikatan terhadap konsumen. Ini erat kaitannya dengan poin 5.
4. Berdayakan konsumen. Ajak dan libatkan mereka dalam kegiatan sosial, bangkitkan kepedulian dan jiwa sosialnya. Buat mereka merasa "hebat".
5. Bangun Komunitas. Percayalah, kekuatan komunitas itu luar biasa. Komunitas bisa mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli. Kalau dalam bidang Psikologi yang pernah saya pelajari saat kuliah, ada istilah konformitas yang menunjukkan bagaimana efek kelompok dalam mempengaruhi perilaku anggota kelompok secara ga langsung. Seseorang akan cenderung konform dengan kelompoknya agar bisa eksis dalam kelompok tersebut. Nah, efek konformitas ini lah yang bisa digunakan untuk mempengaruhi keputusan seseorang dalam membeli.
Keren yaa ilmu digital marketing ini. Satu yang pasti
Branding is a serious job
Setidaknya itulah yang saya tangkap ketika seorang blogger, Ani Berta, menyampaikan bagaimana membranding diri menjadi seorang blogger yang baik. Teruslah menulis, baik dibayar atau tidak. Seperti ketika Ani akhirnya mendapat job kelas internasional karena sering menjadi kontributor di web Serempak, sebuah web yang ditujukan untuk mengedukasi kaum perempuan dan para ibu agar semakin berdaya dan mampu menjadi pelindung yang baik bagi anak.
Tak cukup menulis, seorang blogger harus pula rajin dan aktif di sosial media agar semakin tertanam di benak orang tentang blogger seperti apa kita. Inilah yang disebut branding sebagai blogger. Kalau merujuk kembali ke Robert AB, jika ingin dianggap sebagai blogger travel, ya buat tulisan tentang travel, promosikan banyak tempat wisata di sosial media.
Pluuuss jangan lupa, jaga sikap dan jalin kedekatan dengan siapa pun. Kadang tawaran bisa datang dari mana saja.
Siap dengan dunia digital marketing?
Siap gak siap kudu siaaap mba....Karena keknya digital marketing sekarang jadi suatu kewajiban ya hehehe...Tfs mba :)
BalasHapusjadi inget sosialisasi di serempak beberapa waktu lalu :)
BalasHapusTradisional masih digunakan tapi digital mulai berkembang ya Mbak. Dan branding itu yang paling susah dibangun.
BalasHapussiap mba...thank you sharingnyaaa
BalasHapusapalagi klo dapat job review heheh...