Lomba Blog Asus

Rejeki Tak Pernah Tertukar

Yupp...rejeki memang tak pernah tertukar. Setidaknya, itu yang saya alami sendiri.

Ceritanya saya meminta tolong suami untuk mengantar saya membeli beras. Toko beras langganan saya biasa tutup jam 5, jadi terpaksa kami berkeliling mencari toko beras lain. Saat itu sudah sore, hari minggu dan gerimis pula. Jalanan cukup sepi dan sudah banyak yang tutup. Hanya ada 1 toko yang buka.

Saya agak ragu untuk mampir, begitu pun suami. Kami melewatkan toko itu dan mencari toko lain. Tapi tak ada satu pun toko yang buka hingga kami hampir sampai di depan komplek. Pilihan kami masuk komplek dan pulang atau balik lagi ke toko yang tadi masih buka.

Jika kami memutuskan untuk pulang, kami tak punya cadangan beras lagi dan itu berarti kami tak bisa makan dengan nasi malam itu. Mau balik lagi kog ya ragu-ragu dengan kondisi toko tadi yang sepertinya suram dan terlihat tidak ada aktifitas. Seperti toko yang tak berniat dibuka, tapi tak berniat ditutup. Macam hidup segan mati tak mau gitu lah. Mau berspekulasi mencoba masuk komplek dan membeli beras di warung dalam kompleks juga ragu, jangan-jangan tak ada yang menjual beras. Kalau seperti itu kejadiannya, bukan tak mungkin kami pun terpaksa harus kembali lagi ke luar komplek kan?

Akhirnyaa, kami memutuskan kembali ke toko yang masih buka tadi. Tak berani juga berspekulasi masuk ke dalam komplek dan mencari warung yang menjual beras, takutnya malah berputar-putar tak jelas tanpa hasil. Iya kalau tokonya masih buka? Kalau sudah tutup? Puasa deh :)

Selesai membeli beras, kami pun pulang. Saat baru memasuki komplek, kami melihat sebuah toko

"bund, itu toko beras"
"Ahhhh iyaaa..yang ini malah memang toko beras"
"padahal kita tadi sudah hampir sampai ke dekat toko ini yaa"
"yaaa begitulah..emang bukan rejeki toko ini"
"yaaa, rejeki memang milik toko yang tadi kalau begitu, padahal kita udah hampir lewat sini ehh..belum sampai di sini malah balik lagi"
"iyaa, giliran udah beli, eh malah lewat toko beras"

Yap, rejeki tak pernah tertukar!

Entah sudah beberapa kali saya mengalami kejadian ini, seperti yang pernah saya ceritakan dalam Rejeki. Bagaimana hebatnya Allah mengatur rejeki manusia. Bahwa tiap orang mempunya rejeki masing-masing. Dan begitu pula lah saya memaknainya.

dok. pribadi

Saat membaca status mak Indah Julianti di fb, langsung saya teringat untuk menulis peristiwa ini dan merenung kembali. Sering sekali kita merasa sedih atau gundah ketika tak mendapat apa yang kita mau. Padahal, Allah lebih tahu. Apa yang terbaik, seberapa banyaknya, maupun kapan saatnya. Allah tahu dan sudah mengaturnya sedemikian rupa tanpa kita sadari. Tapi kita sering kali tak sabar, right? ;)

Maya Siswadi

m4y4mf@yahoo.com

5 komentar

  1. Hai, makss..
    Perasaan saya udah meninggalkan jejak di marih deh.
    Kenapa shepi ya?

    Hhhm.. ngomongin rejeki memang penuh misteri semisteri jodoh dan kematian. Kita gak akan pernah tahu ya Mak. Kadang, kalau kita ngotot pengen, suka kepending rejekinya. Kl slow2 aja, malah dapet ya Mak. Kl udah begini, aku pasrah, mak. Balikin lagi buat positive thinking. Seperti kata Mak Maya, rejeki tak pernah tertukar :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya nih gara2 diutak Atik, malah ilang komen2nya. Kemaren pale Google+, pas dibalikin komen begini malah komen kemaren ngilang

      Hapus
  2. Setuju mak..yang penting semangat berusaha ya, yakin ada jalannya..aamiin...

    BalasHapus
  3. Rezeki memang sudah ada takarannya masing2 ya mak... Tidak akan pernah tertukar :)

    Nice post mak.

    BalasHapus
  4. Rejeki memang tak pernah tertukar, tapi rejeki karena pilihan, akibat dan rahmat.

    Seandainya toko tadi di bagusin, di beri tulisan beras gede gede, di tambah stock beras yang terlihat dan berkualitas. Jadinya dia memilih untuk laku keras, akibatnya bisa laku keras atau laku ringan, dan itu karena rahmat (ijin Allah Swt).

    Sebaliknya, if toko tadi ya kayak kondisi lama, bisa jadi dilewati orang terus aja kayak Mak Maya. Jadi dia memilih untuk laku kecil, akibatnya laku kecil atau malah gak laku dan itu juga sudah tertulis.

    Kerja keras ada akibatnya, kerja malas juga ada akibatnya.

    salam kenal

    BalasHapus

Komentar anda merupakan apresiasi bagi tulisan saya. Terima kasih sudah berkunjung. Maaf jika komen saya moderasi untuk mencegah pemasangan link hidup dan spam.

Tertarik bekerja sama? Kirim email ke siswadi.maya@gmail.com