Pagi-pagi, saya beberes rumah dan menyiapkan perbekalan untuk dibawa piknik :). Saya buatkan nasi uduk dan ayam goreng. Rencana kami akan makan-makan di kota tua, benar-benar merasakan sensasi piknik :). Selesai beberes dan menyiapkan segala sesuatu, mulai minum sampai makan, saya dan suami berangkat ke rumah orang tua, menjemput adik dan keluarganya, plus anak-anak saya yang menginap disana.
Sekitar jam 9 lewat kami pun berangkat ke stasiun, lalu membeli tiket di loket untuk tujuan Stasiun Kramat, seingat saya, itu stasiun terdekat di daerah sana. 1 orang kena tarif Rp 3000, Sudimara - Kramat. Saya bagikan tiket masing-masing, mereka bersemangat melihat kartu elektroniknya yang lucu, ada yang bergambar kereta, ada yang berwarna coklat polos (sekarang kartu ini sudah berganti putih bertuliskan tiket harian berjaminan), menempelkan kartu di gate in, mendorong tripod dan masuk. Tidak terlalu lancar, tapi pengalaman baru itu sangat berkesan untuk mereka.
Tak menunggu lama, datang kereta yang kami nantikan menuju stasiun Tanah abang. Mungkin karena masih musim libur, kereta cukup sepi, kebanyakan kami bertemu dengan sesama penumpang yang juga membawa keluarga berwisata. Saya dan adik memilih berada di gerbong perempuan, kebetulan ada tempat duduk kosong lebih banyak, jadi kami bisa duduk bersama anak-anak dan keponakan, suami dan adik ipar di gerbong sebelahnya. Sepanjang perjalanan, anak-anak sibuk mengobrol, bermain dan melihat-lihat pemandangan. Salah satu keponakan saya berujar "enak ya, Ifa belum pernah naik kereta seperti ini"
Kami pun berfoto-foto seperti layaknya turis, hahaha, agak norak, tapi anggap saja kami turis luar kota yang baru pertama kali naik kereta listrik :).
Singkat cerita, kami sampai di stasiun Tanah Abang, turun dari kereta, lalu bersama-sama menuju peron 2 untuk transit dan berganti kereta menuju arah Jatinegara. Karena lupa persisnya stasiun Kramat itu setelah stasiun apa, saya cek rute perjalanan yang ditempel di atas pintu kereta. Ternyata ada 1 stasiun yang saya lupakan, stasiun gang Sentiong. Saya sama sekali tidak ingat ada stasiun ini, padahal itulah stasiun terdekat menuju rumah eyang saya. Akhirnya dengan sok tahu, saya ajak mereka turun di stasiun tersebut, 1 stasiun sebelum stasiun Kramat.
Setelah turun, kami ternyata tidak bisa keluar di gate out. Tiap kali kartu saya swap/masukkan di gate out, selalu warning dan ditolak. Petugas pun mengecek, ternyata, karena stasiun tujuan kami adalah Kramat, kami tidak bisa keluar di stasiun Sentiong, walau hanya beda 1 stasiun sebelum tujuan kami. Berkali-kali kami melakukan negosiasi dan diskusi dengan penjaga pintu. Mereka tetap kekeuh mengatakan kami harus naik kereta berikutnya dan turun di stasiun tujuan. Mereka katakan kereta berikutnya akan masuk 15 menit lagi.
Karena tak ingin ngotot dan nekad, ya sudahlah, kami dengan berat hati menunggu kereta berikutnya, toh hanya 15 menit. 15 menit berlalu, kereta belum juga datang, kami masih sabar menanti hingga 15 menit berikutnya pun berlalu tanpa ada kabar jam berapa akan datang. Tiap kali kami tanyakan, petugas selalu berkata "sabar aja bu, sebentar lagi".
Hampir 1 jam kami terdampar di stasiun Sentiong dan tidak bisa berbuat apa-apa, padahal rumah Eyang hanya 5 menit dari stasiun. Dari bersemangat, kami mulai merasa lelah dan kesal, hampir 1 jam tak bisa berbuat apa-apa, hanya menunggu 1 kereta untuk menuju 1 stasiun berikutnya. Tak sampai 5 menit!
Sungguh ironis, menunggu 1 jam untuk 1 stasiun yg tak sampai 5 menit untuk menuju tujuan yang juga cuma 5 menit!! Menghabiskan 1 jam sia-sia untuk 5 menit! Kalau menggunakan kendaraan lain, kami mungkin sudah sampai 1 jam sebelumnya.
Karena sudah lelah dan hari pun sudah sangat siang, kami tak berlama-lama di rumah Eyang, kami masih punya beberapa tujuan. Kami kembali pulang berkereta menuju stasiun Kampung Bandan dan melanjutkan perjalanan ke Kota Tua menggunakan mikrolet.
Kereta dari Jatinegara menuju Depok/Bogor ini cukup sepi ketika kami naik dari Stasiun Sentiong
Rencana awal akan ke kota tua dan makan-makan pun terpaksa kami batalkan. Kami langsung menuju Asemka dan melihat-lihat mainan yang diinginkan anak-anak. Sayangnya, banyak sekali toko yang tutup, mungkin karena suasana lebaran.
Setelah puas berkeliling dan mendapatkan beberapa mainan, kami pun pulang. Walau pun Asemka dekat ke stasiun Kota, tapi karena tidak bisa langsung menuju jalur Serpong, kami memutuskan naik mikrolet. Untung jalanan cukup sepi, sehingga tak sampai 30 menit kami sudah sampai di stasiun Tanah abang.
Berbeda dengan di saat pagi, kereta cukup ramai di saat sore, sehingga kami tak mendapat tempat duduk. Tapi daripada naik bus, bisa 1 jam lebih, tak apalah berdiri naik kereta, tak sampai 30 menit. Untungnya anak-anak tidak terlalu rewel, masih bisa menikmati perjalanan hingga sampai si stasiun tujuan dan kami pulang dengan membawa banyak ilmu dan kenangan tak terlupakan, "terdampar di stasiun"! :D
perjalanannya jd berkesan buat anak2, ya, apalagi ada crt terdamparnya :)
BalasHapuscerita terdamparnya jadi drama banget yaa :)
Hapussenangnya yang bisa naik kereta api listrik ya mbak
BalasHapuspastinyaaa lid :)
Hapuskadang menunggu lamanya itu yang tdk enak ya mba maya
BalasHapusBetuuulll, nunggu lama itu biasanya yg bikin ga sabar
Hapusenaknya sih kalau punya jadwal, ga khawatir
wah kedua si kecil saya pun antusias klo diajak naik kreta komuter...oh ya mba ciputat nya di mana? saya di re martadinata.
BalasHapushallo mb rina, maaf yaa baru balas komen2 nih, ciputatnya jombang, tapi saya dah pindah ke serpong mb
HapusBerkesan banget jadinya yah gegara gaboleh keluar stasiun. Untung anak2nya ga rewel yah mak ^^
BalasHapusnahhh, yg repot memang kalau anak2 rewel :), untung mereka tetap enjoy :)
HapusWah seru bisa jalan-jalan naik kereta listrik. Aku belom pernah, Mak. Pengeeeeen juga bawa anaka-anak. Mereka pasti suka. TFS, Mak. ^^
BalasHapusAjak deeehhh, mereka pasti excited
HapusPengalaman berharga ya Mbak, jadi ngerti cara menggunakan commuterline... :)
BalasHapusPengalaman yang menyenangkn buat anak2.
BalasHapusNtar kalau ke Jakarta pengen ah naik KRL :)