Open house yang ingin kuceritakan ini bukan open house macam rumah-rumah pejabat yang buka rumahnya cuma kalo acara lebaran or hari raya.
Open house yang akan kuceritakan ini ya open house beneran di rumahku. Pintu gerbang dan pintu rumah bener-bener dalam keadaan terbuka sepanjang hari.
Sebenarnya di keluargaku sendiri gak punya tradisi buka pintu dan gerbang begitu. Keluarga mama & papaku bisa dibilang agak tertutup, jadi kadang kalo orang yang gak tahu pasti dulunya mengira kami sedang pergi, karena selalu dalam keadaan tertutup.
Sebaliknya keluarga suamiku, adalah keluarga yang terbuka dan open. Rumah mertuaku always open, pintu rumahnya selalu dalam keadaan terbuka. Tiap orang yang lewat juga selalu disapa dengan ramah.
Aku banyak belajar tentang keterbukaan ini dari keluarga suami. Bahwa tidak perlu takut membuka rumah jika memang kita selalu berbuat baik. Orang akan selalu senang datang tanpa takut ditolak, teman tambah banyak dan mereka tidak segan menolong jika suatu saat kita perlu. Orang yg punya itikad tidak baik justru tidak akan berani macam-macam melihat rumah dalam kondisi terbuka, karena itu artinya ada penghuni di dalam.
Nah, sejak aku menempati kembali rumah keluarga (karena tidak ada yg menempati), pintu rumah dan gerbang selalu dalam keadaan terbuka. Kami pun sering duduk-duduk di luar dan menyapa tetangga atau orang-orang yg kami kenal ketika mereka lewat depan rumah.
Ada saja yang mampir dan akhirnya ngobrol. Ada saja yang akhirnya terlibat transaksi dengan suami. Ada saja yang minta tolong ini itu.
Kami punya pohon jeruk purut yang daunnya lebat dan buahnya lumayan banyak. Sejak gerbang dan pintu rumah kami selalu terbuka, ada saja yang minta daun jeruk. Kadang-kadang dalam sehari ada 5 org lebih yg silih berganti datang dan meminta daun jeruk, mulai dari tetangga, orang yg kami kenal, sampai hanya orang lewat yg kebetulan sedang mencari daun jeruk. Kadang ada yang minta buahnya untuk obat batuk.
Menurut mama dan suamiku, semakin sering dipangkas, semakin suburlah pohon jeruk itu. Jadi, dg semakin banyak yang minta otomatis kan pohon jeruk kami malah tambah subur toh.
Keuntungan lain punya rumah open adalah banyak temen dan tamu yang akhirnya gak sungkan datang dan mampir ke rumah. Entah sekedar say hallo, sampai membawakan oleh-oleh atau buah tangan. Aihhh senangnyaaa. Rejeki silaturahmi.
Walaupun pintu rumah dan gerbang selalu terbuka, untungnya Falda bukan tipe yang gampang lari keluar dan main di jalanan. Kalo Faldi-Ferdi sih udah biasa keluar masuk rumah begitu aja. Mungkin juga karena dah biasa rumah terbuka, dia tidak memandang pintu sebagai sesuatu yg istimewa, gak kek burung lepas kandang.
Nah, kendala rumah yang pintunya selalu terbuka adalah pengamen ato pengemis. Tapi kami sih sudah punya jurus penangkalnya. Sekarang sih, hampir tidak ada pengamen ato pengemis yang mau singgah ke rumah kami walaupun rumah kami selalu dalam keadaan terbuka. Kalo pun masih ada yang nekat mampir, itu berarti mereka pengamen ato pengemis baru yang belum tahu netiket di rumah kami...huahahahaha
Tiap kali mereka mulai genjrang genjreng, awalnya kami selalu bilang makasih sebelum mereka mulai nyanyi. Kadang cuma melambaikan tangan tanda menolak.
Lama-lama mereka sudah hapal dg kebiasaan kami yang tidak pernah memberi mereka barang setetes pun...hehehe...Hanya ngamen gratisan, bikin garing, dan cuma dapat lambaian tangan dan ucapan terima kasih.
Sekarang sih kami juga punya jurus baru buat pengamen yg masih nekad genjrang genjreng, yaitu adu kuat kuping. Biasanya orang paling gak betah berisik ya. Akhirnya mengalah dan keluarlah uang utk tutup mulut. Kalo kami tidak, kadang buat pengamen2 nekad ini kami sih cuek aja, udah tahu kami gak pernah kasih kog ya nekad. Jadi paling2 cuma kami tinggal masak, tinggal mandi, tinggal nonton, pokoknya ya dicuekin abis. Sampe capek sendiri.
Bukannya kami pelit sih , kadang sebel aja sama yang niatnya ngamen tapi buat mabuk (biasanya anak muda pengangguran). Atau gak punya kemampuan menyanyi apalagi bermain musik, tapi maksa nyanyi dan genjrang genjreng sembarangan, idiiihhh gak banget. Ngamen cuma asal ngamen buat cari duit, kadang ga lebih bagus daripada pengemis. Nah, apalagi pengemis, paling ga suka liat pengemis berbadan tegap, masih muda dan segar, tapi keliling dari rumah ke rumah untuk meminta beras.
Buat kami sangat gak mendidik ngasi mereka uang. Cuma akan mengundang mereka datang dan datang lagi dan akhirnya keasyikan mencari duit dengan cara yang mudah.
Yah, namanya open house, ada suka dan dukanya...
Tidak ada komentar
Komentar anda merupakan apresiasi bagi tulisan saya. Terima kasih sudah berkunjung. Maaf jika komen saya moderasi untuk mencegah pemasangan link hidup dan spam.
Tertarik bekerja sama? Kirim email ke siswadi.maya@gmail.com